www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

25-4-2018

Jo lali mbah, congor putih ..... congor putih ....” Juni tanggal 7 pagi tahun 1999, inilah salah satunya yang diserukan kader Banteng dengan naik sepeda di dusun-dusun Jawa Tengah. Tanpa dibayar, tanpa disuruh. Juga dengan berdirinya sebagian besar posko-posko perjuangan. Urunan sendiri. Berbagai peristiwa di tahun-tahun sebelum 1999 telah menjadikan PDI Perjuangan bersama Megawati sebagai ‘paradigma’ bagi paling tidak sepertiga dari jumlah pemilih.

Pada tahun 2004, ‘paradigma’ yang mengantar PDI Perjuangan meraih sepertiga suara di tahun 1999 ternyata diam-diam dipakai secara instant oleh Susilo Bambang Yudhoyono untuk meraup suara sekitar 60% pada pemilihan presiden langsung. Banyak analisa mengenai tahun-tahun 1999 dan 2004 tersebut, tetapi tulisan ini akan fokus pada peran paradigma.

Jika dilihat dinamika pemilihan umum sejak 1999 sampai 2014, meski kadang muncul isu ‘kepentingan asing’ tetapi tetap saja dinamika pemilihan bisa dikatakan ‘sibuk di-dalam’ –inward looking. Pemilihan umum 2019 kelihatannya agak berbeda dengan pemilihan-pemilihan sebelumnya, tidak lagi terbatas pada ‘sibuk di-dalam’ lagi.

Bagi kebanyakan orang, sejelas dan secerdas apapun penjelasan terkait dengan ‘kepentingan asing’ ini pada pemilihan-pemilihan lalu, tetap saja –meminjam teori mimetic-nya Rene Girard, pelibatan model adalah ‘model eksternal’.[1] Contoh, ketika orang ingin bisnis komputer ia mengambil inspirasi atau model yang ia akan tiru misalnya Steve Jobs. Tidak akan ada rivalitas di sana karena bisa dikatakan Steve Jobs adalah model yang sifatnya ‘eksternal’-terlalu jauh terutama secara fisik. Tetapi jika ia mengambil model tetangga sebelah yang sukses bisnis komputer, maka perlahan tetangga yang menjadi model tersebut lama-lama akan jadi rivalitasnya. Dan jika tidak menemukan ‘kambing hitam’ untuk meredam rivalitas tersebut maka itu bisa menjadi tidak produktif. Model yang dekat dan beredar di sekitar itu disebut ‘model internal’.

Berbagai peristiwa setelah pemilihan 2014 memberikan endapan memori tertentu yang secara tidak langsung telah membangun ‘paradigma baru’ penghayatan pemilihan umum 2019. Khususnya berbagai peristiwa mulai dari ‘pengeboran sampel tanah’ di daerah Halim Perdana Kusuma, ungkapan ‘ayah-kadung, ayah-angkat’, dan terlebih lagi maraknya tenaga kerja asing dari negeri China. Tiba-tiba saja apa yang disebut sebagai ‘kepentingan asing’ itu menjadi begitu dekatnya. Semakin banyak yang akhirnya menghasrati ‘tema kepentingan asing’ ini ketika TKA-TKA dari negeri China secara tidak langsung justru menjadi ‘model internal’ bagi kebanyakan orang.

Bagi yang kukuh ‘maju-tak-gentar-membela-yang-bayar’ dia akan mencari ‘kambing hitam’ tertentu untuk mencegah berlipat-gandanya rivalitas antara rakyat (sebagai ‘subyek’) dan TKA-TKA dari negeri China  (sebagai ‘model internal’) sehingga apa yang disebut sebagai ‘kepentingan asing’ (‘obyek’) tetap bisa jalan ‘sesuai rencana’.

Di sisi lain, dapat kita lihat bersama bagaimana kemampuan kebanyakan orang dalam belajar dari masa lalu. Pelajaran kerusuhan 1998 telah memberikan dorongan untuk tidak menjadi mudah membuat tag seperti #Inggris-di-linggis, atau #Amerika-di-setrika, atau juga bukan seperti: #Ganyang-Malaysia. Tidak, dan ternyata yang mendapat sambutan hangat adalah tag #2019gantipresiden! Kalau melihat bagaimana Aksi-aksi Bela Islam lalu, dan terutama –sekali lagi, terutama bagaimana bersihnya kembali lokasi aksi (yang ‘diprovokasi’ oleh Aa Gym), sambutan hangat akan #2019gantipresiden tersebut adalah sangat wajar. Atau bisa dikatakan, ada segmen tertentu dalam masyarakat yang terus membesar dari segi jumlah dan sekaligus siap menjalani demokrasi secara lebih bermartabat. Bagi mereka, Joko Widodo sebagai presiden-lah ‘kambing hitam’ yang harus dikorbankan secara konstitusional sehingga ‘rivalitas’ antara rakyat kebanyakan dan  TKA-TKA asal China itu tidak berkembang menjadi melebar dan destruktif. Dan dari situlah sebenarnya #2019gantipresiden telah berkembang menjadi sebuah paradigma.*** (25-4-2018)

 

[1] Lihat, Kambing Hitam Itu, https://www.pergerakankebangsaan.com/029-Kambing-Hitam-Itu/

#2019gantipresiden Sebagai Sebuah Paradigma

gallery/ganti