www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

11-5-2018

Ketika si A melihat sesuatu, dan kemudian ia ingat ada kemiripan dengan yang dilihat jauh hari sebelumnya, diam-diam ia ‘mencatatnya’. Besoknya ia melihat sesuatu yang mirip lagi. Dari kemiripan-kemiripan (similarities) beberapa hal tersebut ia kemudian menyimpulkan bahwa hal-hal tersebut memang mempunyai tipe hampir sama. Pada titik yang lebih maju lagi, tidak hanya kemiripan yang dirasakannya, tetapi memang sama. Demikian kesimpulan lebih jauhnya. Jika sebelumnya A=p1, B=p2, dan C=p3, maka sekarang dipahami sebagai A=p, B=p, dan C=p.

Dari pemahaman akan fakta-fakta tersebut, orang bisa saja tidak hanya berhenti sampai di situ. Tidak hanya berhenti ketika ia yakin bahwa baik A, B, atau C adalah p -sama, tetapi ia mulai berimajinasi. Otak-atik dalam imajinasi bagaimana jika A, B, dan C tersebut dikurangi beberapa sifatnya, misalnya. Maka perlahan-lahan ia akan merasakan suatu hal yang lebih dalam, sebuah esensi yang tidak berubah  dari A, B, dan C,  esensi yang membuat ketiganya misalnya, tetap sama.

Tetapi yang namanya imajinasi bisa berkembang begitu liarnya, bisa out of control. Tidak akan ada yang bisa membatasi. Maka kemungkinan kesimpulan bisa jatuh pada sebuah kesalahan-pun bukannya kecil. Bagaimana untuk mengurangi kemungkinan terperosok pada sebuah kesalahan yang fatal? Dengan mengkomunikasikan imajinasi dengan yang lain! Misalnya ada orang lain juga mempunyai pengalaman akan A, B, dan C, dan dia juga meneruskan dengan proses imajinasi. Sama dengan orang pertama, ia bisa juga jatuh dalam keliaran imajinasi. Tetapi dengan bicara dengan orang lain –intersubyektifitas, imajinasi bisa sedikit di-rem, dan bersama-sama mungkin bisa menguak esensi dari A, B, dan C tersebut. Ke-terkuak-nya esensi masih harus kembali diuji kepada hal-hal yang secara empirik dialami. Dan dengan intersubyektifitas dan selalu menguji ulang berbagai ‘temuan’ bersama, pemahaman akan satu hal akan semakin maju.

Sebagian besar orang mengalami sesuatu taken for granted saja. Tidak ambil pusing apakah satu mirip dengan lain. Atau mencoba untuk berusaha sampai pada kesimpulan bahwa hal-hal tersebut tidak hanya mirip tetapi adalah sama. Akan lebih sedikit lagi yang kemudian mengembangkan melalui imajinasi-imajinasi. Tetapi dengan kemajuan teknologi komunikasi, terutama internet, media sosial, dan smartphone, yang sedikit itu semakin lama semakin besar. Akses untuk saling bertemu dan bertukar imajinasi semakin mudah. Membengkaknya ‘lapisan sosial’ yang ‘semakin pandai’ ini, meski jelas jumlahnya masih kalah jauh dari yang lain, tetaplah penting bagi hidup bersama. Inilah mungkin yang akan menjadi sumber utama lahirnya ‘minoritas kreatif’ dalam term Arnold J. Toynbee. Karena perlahan, mereka-mereka ini secara tidak sadar telah memupuk ‘modal simbolik’ juga, yang mana ini bisa sangat penting ketika masyarakat kebanyakan menempatkan mereka sebagai ‘model’ dalam kerangka teori mimetik-nya Girard. Sebagai ‘model’ atau ‘mediator’ ia akan ditiru.

Mungkin bertahun lalu ketika aparat memberikan konperensi pers lengkap dengan rompi anti peluru, masyarakat akan ‘manggut-manggut’. Tetapi sekarang? Mungkin akan banyak yang garuk-garuk kepala disusul dengan geleng-geleng kepala...... Rakyat sudah semakin pandai. *** (11-5-2018)

Rakyat Semakin Pandai

gallery/face