www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

28-01-2023

Menurut Alvin Toffler dalam Powershift (1990), dengan adanya Revolusi Pertanian maka kekuatan kekerasan menjadi dominan. Revolusi Industri menggeser power menjadi dominan ke kekuatan uang. Dan Alvin Toffler berkeyakinan dengan munculnya Revolusi Informasi, kekuatan penentu akan bergeser pada kekuatan pengetahuan. Kalau kita bandingkan dengan perkembangan modus komunikasi, maka bisa kita lihat bagaimana modus komunikasi man-to-man di era Revolusi Pertanian berkembang, komunikasi tatap muka. Juga adanya manuskrip yang masih saja merupakan ‘hak eksklusif’ dari segelintir pihak, untuk dibacakan pada khalayak terbatas juga, bisa karena jumlah maupun kalangan tertentu. Dengan ditemukannya mesin cetak massal, berkembanglah modus komunikasi man-to-mass, dengan puncaknya adalah televisi. Dan seperti kita lihat bersama di bagian akhir abad-20 dan bagian awal abad-21 ini merebaklah modus komunikasi mass-to-mass melalui jaringan internet. Menurut Manuel Catells, dinamika power juga akan ikut-ikutan ‘nimbrung’ berselancar di atas perkembangan modus komunikasi ini. Dan bisa kita lihat pula tidak hanya kekuatan pengetahuan yang berselancar, tetapi juga kekuatan uang dan kekerasan. Siapa bilang kekuatan kekerasan tidak bisa ‘bersembunyi’ dalam bermacam perkembangan modus komunikasi ini? Bagaimana jika kekerasan itu kita hayati juga sebagai ‘terhambatnya bermacam potensi untuk berkembang’? Atau kita bandingkan dengan tripartit jiwa-nya Platon dalam refleksinya polis, bukankah hal-hal di atas sedikit banyak menggambarkan soal ‘filsuf-raja’, serdadu, dan pedagang/petani? Atau kita tengok juga pendapat Freud mengenai pembedaan id, ego, dan super-ego itu (the ‘It’, the ‘I’, the ‘Over-I’) . Terlebih jika kita membayangkan sebagai gunung es, dimana di bawah permukaan –dunia bawah/tidak sadar, bersemayam bongkahan gunung es besar, dinamika id, dinamika yang berdasarkan ‘prinsip kesenangan’, ikut ‘alur alamiah’-nya, makan, minum, bersenang-senang, seks.

Dalam dunia marketing yang penghasilan lekat dengan komisi, para motivator sering menggambarkan soal komisi itu sebagai : the sky is the limit. Jual, jual, jual, dan komisi menjadi tidak terbatas lagi. Eksploitasi ‘prinsip kesenangan’ yang sebagian besarnya ada di bagian tidak sadar itu. Tidak akan ada yang protes terhadap tebar motivasi seperti ini. Tidak ada yang menjadi was-was. ‘Prinsip kesenangan’ itu sedang di-eksploitasi habis-habisan, dan untuk itu anda perlu uang, maka : jual, jual, jual –cari komisi sampai setinggi langit. Tentu ada ‘kode etik’ tertentu yang tetaplah –mestinya, ditaati. Tetapi dalam praktek, sering pihak ‘supervisor’ atau atas-atas-nya lagi, tutup mata saat ada pelanggaran ‘kode etik’ sejauh jualannya terus meroket. Dia akan sigap seakan ada alarm deteksi dini dan segera ambil tindakan jika ‘capital’ di tangan terancam, misal karena jualannya nyungsep. Id, the ‘It’ ini mestinya akan diimbangi oleh berkembangnya ego dan super-ego sehingga tidak menjadi begitu liarnya.

Bagaimana jika res-publika kemudian lebih dihayati oleh penguasa lebih sebagai res-privata karena si-penguasa saat itu kurang mampu ‘menunda’ bermacam ‘sedimentasi-kesadaran’ setelah bertahun-tahun hidup dalam paradigma jual, jual, jual itu? Akankan Id, the ‘It’ akan kemudian lebih mendasari strategi-taktik dalam olah kuasanya? Dan bayangkan pula jika ego dan super-ego itu lebih nyaman jika di tengah-tengah ego dan supe-ego kerumunan. The ‘I’ dan the ‘Over I’ yang lebih tenggelam dalam denyut kerumunan? Terlebih ketika sudah sampai pada masa ‘penggunaan kuasa’? Ataukah salah satunya akan kita temui –karena lebih dihayati sebagai res-privata, jika menang maka euforianya bisa nggak habis-habisnya, dan jika kalah dendamnya bisa juga nggak ada habis-habisnya? Atau karena the ‘It’ yang diajukan sebagai ‘pemimpin-nya’, akankah kuasa menjadi ‘tanpa wajah’ lagi? Jika kuasa menjadi tanpa wajah, mengikuti Levinas, jangan-jangan kemudian akan berkembang tanpa hadirnya etika lagi. Olah kuasa kemudian tanpa beban lagi menjadi : the sky is the limit! *** (28-01-2023)

Saat Kekuatan Uang Mengelola Res-publika