www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

27-10-2018

Licik menurut kamus bahasa Indonesia berarti  banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang. Kelicikan berarti kepandaian memutar-balikkan perkataan, kecurangan, keculasan. Mobil pada dirinya tentu erat dengan sain. Tetapi ketika logika animal laborans mengkooptasi secara ugal-ugalan, dan menggoyahkan si-homo faber, contohnya adalah skandal emisi Volkswagen di tahun 2015. Lain lagi cerita di negeri seberang, si-zoon politikon mengkooptasi habis-habisan gerak si-homo faber. Jadinya? Karena si-zoon politikon kelasnya masih ndēk-ndèk-an, maka yang nampak di panggung adalah sebuah parade kelicikan.

Tidak ada orang yang murni berdiri dan hidup sebagai animal laborans, atau homo faber, ataupun zoon politikon semata dalam term vita activa-nya Hannah Arendt. Mobil meski sangat erat terkait dengan karya cipta-mencipta, dia harus juga memikirkan hidup korporasi dan pekerja-pekerjanya. Juga sering terkait dengan dinamika hidup bersama sebagai satu bangsa, entah terkait dengan gengsi maupun ekonomi suatu negara secara keseluruhan. Tetapi tetaplah mobil pada dirinya sendiri adalah ranah sain. Ranah cipta-mencipta yang sarat dengan kandungan sain. Berapa komponen yang terlibat dalam produksi satu mobil? Ribuan! Itu baru terkait dengan jumlah komponennya saja. Belum spesifikasi setiap komponennya. Belum standarisasi bahan-bahannya. Belum bermacam uji. Dan banyak lagi. Pesimis? Tidak, karena ini bukan masalah pesimis atau tidak. Ini masalah peta, ada sain dan ethos juga, dan bukan asal terabas saja. Apalagi terabas dalam paradigma licik.

Sain bukan untuk diberhalakan, tetapi jelas mesti harus dihargai, respek. Sama juga dengan hal cipta-mencipta dalam seni atau bidang lainnya, kita harus mampu menghargainya. Jika kelicikan mengkooptasi sain, terlalu banyak yang dipertaruhkan. Apa yang disebut sebagai revolusi mental itu-pun semakin banyak saja bukti omong kosongnya. Dan omong kosong besar juga jika bicara Revolusi Industri 4.0 masih saja berusaha mengkooptasi sain dengan kelicikan.

Janganlah merasa menguasai media televisi, surat kabar, dan mungkin juga radio terus semau-maunya mendikte kecerdasan khalayak. Ini jelas tanda-tanda keblinger. Founding fathers kelihatannya sedang gundah di alam sana. Tak terbayangkan sama sekali dalam benak mereka, betapa keblinger-nya rejim yang satu ini. *** (27-10-2018)

Kelicikan Itu Di Luar Ranah Sain

gallery/jokowi esemka