www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

04-11-2018

Di zaman Romawi kuno, elit penguasa mengemukakan perlunya untuk memberi “roti dan sirkus” kepada rakyat agar dapat “melunakkan mereka” serta menjamin ketenteraman mereka sendiri.[i] Penggalan satir zaman Yunani Kuno ini dikutip Paulo Freire untuk lebih menjelaskan situasi penindasan, penaklukan. Penggalan yang lebih panjang adalah sebagai berikut (dalam bahasa Inggris):

Already long ago, from when we sold our vote to no man, the People have abdicted our duties; for the People who once upon a time handed out military, high civil office, legions –everything, now restrains itself and anxiously hopes for just two things: bread and circuses”

Melihat penggalan panjangnya, satir di atas diciptakan oleh pengarangnya pertama-tama adalah sebagai kegundahan yang terus mengusiknya: adanya dekadensi moral. Tetapi lepas sebagai kegundahan akan sebuah dekadensi maupun sebagai taktik pelanggengan dominasi, prinsip ‘roti dan sirkus’ ini telah banyak mewarnai praktek politik di banyak tempat, tidak ketinggalan pula di republik.

Sirkus dalam konteks ini bisa mengambil bermacam bentuk. Dari gelar sirkus dalam bentuk verbal misalnya, bicara sontoloyo dengan begitu yakinnya dengan tidak ketinggalan pula pasang muka lugu bahwa diri bersih dari ke-sontoloyo-an. Dan bermacam lagi sirkus kata, yang nampaknya jika ditelisik lebih jauh lagi nama sirkusnya: ‘sirkus sok-sok-an’. Atau yang dekat dengan imajinasi khalayak tentang sirkus itu sendiri, misal: naik chopper sambil lempar-lempar senyum ke kanan-ke-kiri, atau bahkan memperkenalkan diri sebagai si-hebat yang jumpalitan dengan motor-nya. Bahkan dipamer-pamerkan di negeri seberang pula! Sirkus dalam konteks ini juga bisa berarti sebuah perayaan, contoh akhir-akhir ini, perayaan-seremoni penggratisan tol! Sebuah contoh komplit di sebuah belahan dunia terkait dengan satir “roti dan sirkus” ini.

Bagi sementara orang, sirkus-sirkus semacam itu adalah hiburan semata, tetapi bagi yang ingin melanggengkan dominasi atau penaklukan, ‘roti dan sirkus’ ini adalah salah satu alat andalannya. Paling tidak jika kita ingat kutipan dari tulisan Paulo Freire di awal tulisan ini. *** (04-11-2018)

 

[i] Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, LP3ES, 1985, hlm. 145

Roti dan Sirkus

 

gallery/freire2

Paulo Freire

gallery/pinokio