www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

05-03-2019

Trilogi bukunya Alvin Toffler adalah mulai dari Future Shock (1970), Third Wave (1980) dan terakhir Powershift (1990). Dalam Powershift Toffler membahas soal trinitas power, trinitas kekuatan: kekuatan kekerasan, kekuatan uang, dan kekuatan pengetahuan. Pada era Revolusi Pertanian, kekuatan kekerasan tampil sebagai ujung tombak, dan dengan adanya Revolusi Industri, bergeser (shift) pada kekuatan uang. Sedang terakhir di abad 21 ini, karena Revolusi Informasi, ujung tombak power bergeser ke kekuatan pengetahuan. Bagi pusat ‘strategic studies’ yang ‘mainan’-nya power misalnya, maka trinitas ini adalah mendasar sifatnya, tentu dengan pergeseran-pergeserannya beserta situasi obyektif yang dihadapi. Dan tak lupa juga masalah ‘staffing’ dalam manajemen kekuasaan-pun akan sangat diperhatikan. Lugasnya, di ketiga ranah kekuatan itu mesti ada petugas-petugas yang mumpuni.

Dalam ranah kekerasan, seusai dengan bacaan situasi obyektif yang dihadapi, maka paling tidak dikembangkan petugas-petugas di tiga ‘sub-ranah’, yaitu yang mengurusi kekuatan ‘sub-ranah’ ‘kekerasan verbal’, ‘kekerasan légal’ dan ‘kekerasan bégal’. Kekerasan verbal dalam era digital-internet dan merebaknya sosial media mewujud sebagai buzzer-buzzer. Kalau perlu buzzer-nya buzzer bayaran. Kalau perlu pula diadakan pelatihan intensif dan massif lebih dahulu. Dua hal yang ingin dicapai, secara eksternal adalah memukul lawan, dan kedua adalah merawat ‘fanatisme’ kawan-kawan, atau tepatnya sebenarnya: kawanan. Sebenarnya ada hal ketiga, yaitu sebagai pengalih isu dan sejenisnya.

Kekerasan legal’ adalah hukum sebagai alat pukul. Tentu alat pukul bagi lawan politik. Bahkan sampai dengan 'dasar dari segala hukum'-pun bisa digunakan sebagai alat pukul. Maka para petugas di sub-ranah ini tidak akan pernah merasa sedikit-pun terganggu meski banyak kritik terkait dengan tebang pilih, atau tajam ke bawah tumpul ke atas, atau ungkapan dan sindiran sejenis. Bukan masalah punya urat malu atau tidak, atau urat malunya sudah putus atau tidak, sekali lagi bukan masalah itu tetapi karena petugas harus melaksanakan tugas. Titik.

Sedang ‘kekerasan bégal’ terdiri dari ‘bégal malam’ dan ‘bégal siang’. ‘Bégal malam’ akan beroperasi dibalik kabut malam yang pekat sehingga sulit terdeteksi, tetapi out-come-nya seringkali akan sangat mudah dideteksi karena tiba-tiba saja booming di media mainstream. Tidak semua ‘bégal malam’ ini akan berujung pada booming media mainstream, tetapi kadang out-come-nya adalah ‘kembalinya domba-domba sesat’ itu dalam pangkuan genggamannya, entah karena iming-iming kenikmatan tanpa batas, atau sandera kasus. Sedangkan ‘begal siang’ bermacam bentuknya, dari yang bikin deg-deg-an dan kaget-prihatin setengah mati seperti misal bom panci dan sejenisnya, sampai yang unjuk terang seperti penganiayaan dan sejenisnya.

Petugas dalam ranah kekuatan uang terbagi dua, petugas di ‘sub-ranah’ produksi atau pengumpul dan di ‘sub-ranah’ distribusi. Petugas di ‘sub-ranah’ pengumpul ini sangat luas jangkauannya, dari ngumpulin receh terkait dengan masalah plastik sampai dengan ‘sumbangan sukarela penuh tekanan’ di berbagai korporasi, dan juga tak lupa bahkan terutama adalah terkait dengan pemburuan rente. Tentu juga dari para ‘penikmat posisi-posisi politik’ tak lupa juga harus setor. Bermacam cara dan kadang rakyat-lah yang harus menanggung, misal dengan naiknya tarif layanan atau membeli menjadi lebih mahal. Sebuah ironi, rakyat ikut membiayai si-penipu yang menipunya. Untuk masalah distribusi, para petugas harus  selalu diyakinkan bahwa konsumen utama adalah si-pemilih. Lugasnya: money politics, dan tidak yang lainnya.

Sesuai dengan prediksi Alvin Toffler bahwa kekuatan pengetahuan akan berperan penting di abad 21 ini, dan sesuai dengan bacaan situasi obyektif serta ‘grand-strategy’-nya hasil ‘strategic studies’ mereka maka diputuskan bahwa petugas di ranah ini adalah bukan pertama-tama untuk memimpin berdasarkan pengetahuan, tetapi adalah untuk menipu.[i] Menipu, dan tidak yang lainnya. Lalu, siapa yang akan memimpin? *** (05-03-2019)

 

[i] Lihat juga: https://www.pergerakankebangsaan.com/218-Syarat-Menipu-Menurut-Machiavelli/

Para Petugas Itu

gallery/pinokio2