www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

05-05-2019

Dalam film Steve Jobs, saat peluncuran produk Apple II, Jobs mengatakan bahwa dengan hadirnya produk tersebut maka akan mengubah cara pandang kita soal personal computer. Ketika kita masih anak-anak dan melihat seorang gadis cantik menunggang kuda, mungkin perhatian kita lebih pada gagahnya kuda. Tetapi seiring dengan perkembangan masuk akil balik misalnya, dan kemudian melihat lukisan yang sama mungkin kuda sudah tidak menarik perhatian lagi. Dunia kita terus berubah dan berkembang, demikian juga penghayatan kita atas dunia.

Bagi Newton, benda diam akan bergerak jika ada gaya yang mendorong misalnya. Waktu juga akan berpengaruh dalam hukum Newton ini, selain massa. Dalam masa Yunani Kuno, masalah power kadang ditunjuk dengan dua kata, kratos dan dunamis. Dunamis jika kita membayangkan fisika Newton, ia mirip dengan gaya (force). Beda kratos dan dunamis dikatakan oleh Richard Ned Lebow: kratos is something akin to our notion of material capability, dunamis is power exerted in action.

Maka bisa dibayangkan, memang betul ‘situng KPU’ dalam rekapitulasi perolehan suara itu tidaklah ‘berkekuatan hukum’, tetapi ia sebenarnya sedang bermain dalam ranah power: dunamis. Tetapi jika ada yang mengatakan itu sebagai bagian dari ‘cuci-otak’ juga benar, yaitu mendekati power dengan rute ‘influence through persuassion’.

Jika kita melihat ‘situng-KPU’ itu sebagai dunamis, maka ia salah satunya akan ‘menggerakkan’ dinamika yang ada di ‘dunia material’, perhitungan berjenjang mulai dari TPS, Kecamatan, dan seterusnya. Dalam konteks aksi-reaksi, dia bisa memberikan efek gaya ‘positif atau negatif’ tergantung siapa yang akan ‘ditembak’ atau ‘didorong’. Dengan rentang waktu lebih dari satu bulan dan bertubi-tubi hadir melalui layar kaca televisi diharapkan impuls akan semakin kuat sehingga dampak-pun diharapkan akan ‘signifikan’.

Yang krusial di sini sebenarnya adalah masalah waktu. Dalam hukum Newton di atas, waktu adalah ‘waktu obyektif’, satu jam, dua jam, satu hari, satu minggu, dan seterusnya. Sedangkan bagi yang menghadapi secara intens soal ‘situng-KPU’ itu, waktu lebih dari sekedar ‘waktu obyektif’. Lebih dari sekedar ‘waktu obyektif’dalam arti penghayatan waktu dalam dinamika kesadaran internal yang akan memberikan horison-horison yang terus ‘maju’. Ditambah lagi dengan interaksi yang semakin intens dengan fasilitasi sosial media, horison-horison itu juga ‘diperkaya - terdorong meluas’. Apa salah satu yang penting dari proses penghayatan ini? Salah satunya adalah semakin terkuaknya tidak hanya ‘identitas’ dari yang dihadapi, yaitu soal ‘situng-KPU’ itu, tetapi dalam waktu bersamaan adalah juga ‘identitas personal’. Inilah mungkin ‘dilema’ ketika ingin bermain-main dalam ‘waktu obyektif newtonian’, misal lebih menekankan dari satu ‘eksekusi’ ke ‘eksekusi’ berikut, tetapi dalam perjalanan pihak lain ternyata menghayatinya lebih dari  sekedar ‘waktu obyektif’.

Maka tidak heran jika Noam Chomsky melihat pentingnya ‘pengalihan perhatian’ dan ‘pembatasan interaksi’ dimana dalam interaksi itu si A jadi tahu sentimen si B, si C dan seterusnya, dan sebaliknya. Karena seperti disebut di atas, dinamika penghayatan itu akan semakin membuka ‘identitas personal’ yang dengan itu pula menjadi tidak mudah lagi termakan berbagai propaganda. Tidak hanya semakin imun terhadap propaganda, tetapi juga akan membangun perlahan sudut pandang ‘khas’-nya sendiri, atau bahkan juga kelompok. Dan dengan berkembangnya media komunikasi seperti sekarang ini, kita bisa mengatakan seperti yang dikatakan Steve Jobs di awal tulisan ini, akan menjadi berbeda cara pandang kita dalam banyak hal.

Perkembangan media komunikasi terlebih modus mass-to-mass seperti media sosial telah memberikan peluang untuk ‘lolos’ dari ‘jebakan’ waktu obyektif yang disodorkan, beserta bermacam story-telling diantara ‘dua-eksekusi’. Yang jadi masalah adalah, ketika lolos di ranah kekuatan pengetahuan, dalam ‘demokrasi-pokrol-bambu’, uang dan terlebih lagi: okol-pun akan dimainkan. Repot. *** (05-05-2019)

Newton dan Yang Lainnya