www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

09-05-2019

Kaizen yang berarti perubahan ke- baik itu telah membantu membuat Toyota meraksasa. Apa esensi dari kaizen itu? Audit! Atau katakanlah, ‘auditophilia’. Siapa saja yang terlibat dalam proses produksi akan melakukan audit terhadap proses dihadapannya yang sedang berjalan, dan dalam kurun waktu tertentu jika ada hasil dalam proses ‘mini-audit’ tersebut maka itu akan dibicarakan dalam, katakanlah FGD. Jika ada usulan perbaikan dan itu disetujui bersama maka kemudian jadi ‘prosedur tetap’ baru yang kemudian akan di-audit lagi terus.

Doxography juga tidak jauh dari dunia audit. Doxography merupakan cara penulisan dari pemikir-pemikir sejak jaman Yunani Kuno, dimana sebelum ia menulis pemikirannya sendiri ia memaparkan dulu pemikiran-pemikiran dari pemikir sebelumnya. Kemudian ia nilai, ia ‘audit’ sebelum pemikirannya sendiri dipaparkan. Dan dari sini pula banyak dari pemikiran yang sumber asli atau primernya sudah tidak ditemukan lagi bisa diraba keberadaannya melalui sumber sekunder dari aktifitas doxography itu. Tanpa disadari doxography telah mendorong keterbukaan akan hadirnya sebuah audit. Bermacam audit.

Jadi audit bukan hanya soal mencari-cari kesalahan ketika kebenaran semakin terkuak lapis demi lapis, tetapi lebih dari itu ia adalah salah satu jalan menuju kemajuan. Menuju perbaikan bersama. Dan lebih jauh lagi, ia merupakan salah satu syarat mental sebuah passion akan kemajuan, sikap mental yang tidak gentar untuk dinilai, demi kemajuan. Dalam salah satu diskusi bertahun lalu, salah satu senior TNI yang dihormati mengatakan bahwa keterbukaan terhadap kritik itu akan berkorelasi dengan ketahanan nasional. Kritik dalam banyak hal juga bisa dikatakan sebagai sebuah ‘audit’ sosial.

Atau lihatlah ketika sesuatu itu selalu dalam ketegangan akan non-sesuatu itu, A selalu dalam ketegangan dengan non-A. Dan ada yang mengatakan bahwa kemajuan itu merupakan upaya tanpa lelah dalam menegasi non-A itu, menegasi negasi. Non-A kadang tersembunyi sehingga perlu upaya lebih untuk meraba hadirnya non-A itu, sehingga kadang muncul dalam waktu-waktu tertentu upaya re-koleksi, retret, dan bermacam lagi. Sebuah audit untuk menelisik ‘pethakilannya’ non-A yang tidak mungkin dihilangkan itu. Ketika upaya audit menghasilkan perbaikan dan naik ke level A’ misalnya, non-A’-pun akan mengiringi. Dan seterusnya.

‘Auditophobia’ adalah sikap yang selalu menolak adanya bermacam audit, sebuah phobia yang bergejolak ketika sebuah anjuran audit ditawarkan. Bermacam alasan dalam menolak audit ini, salah satunya selain dungu dan tidak ingin kebenaran terkuak, yaitu adalah sikap otoriter. Totaliterianisme. *** (09-05-2019)

Auditophobia