www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

08-06-2019

Coba kita bayangkan peserta didik mengikuti sebuah ujian dan dalam ujian ‘dipersilahkan’ untuk berbuat curang, dengan aturan main asal jangan ketahuan. Bahkan jika ketahuan-pun dipersilahkan untuk pandai-pandai berkelit. Tidak hanya itu, jika kurang puas dengan hasil ada jalan untuk mengubahnya. Efek domino apa yang kiranya akan terjadi terkait dengan kecurangan itu? Mungkin bisa-bisa di luar yang bisa kita bayangkan, tetapi jelas rusak-rusakan. Mulai dari upaya mencari bocoran, membawa contekan, memakai jasa ‘joki’, sampai pada mengandalkan cara mengubah hasil. Belum lagi, mengapa susah-susah belajar? Apa yang terjadi adalah bisa persis seperti digambarkan Thomas Hobbes hampir 400 tahun lalu, ‘membusuknya’ hidup bersama.

Efek domino sebuah kecurangan dalam pemilihan-pun bisa juga akan menghasilkan akibat yang dahsyat dan mungkin di luar bayangan kita sekarang ini. “Leadership, it may be said, is really what makes the world go round,” demikian ditulis Arthur M. Schlesinger, Jr. dalam Foreword-nya buku Angela Merkel karangan Clifford W. Mills (2008). Dan yang paling rusak sebagai akibat dari efek domino kecurangan adalah bangunan kepemimpinan, leadership. Dengan rusaknya jalan kepemimpinan, jika mengingat pendapat Schlesinger, Jr. di atas, maka republik-pun akan terseok-seok. Atau bahkan menjadi makanan empuk para predator-predator global maupun lokal.

Apa yang disebut sebagai ‘minoritas kreatif’ oleh Arnold J. Toynbee dalam A Study of History itu bukanlah sosok Ratu Adil yang tiba-tiba mak-plung hadir di tengah-tengah kita, tetapi ia hadir bersama naik-turunnya hidup bersama. Dan inilah mungkin yang menyebabkan mengapa hadirnya sosok ‘pemimpin’ dengan meretas ‘jalan kecurangan’ itu tidak akan hanya berdiri sendiri, tetapi ia akan berdiri berdampingan bersama bermacam kekerasan, baik yang vulgar, verbal, maupun virtual. Ada masalah legitimasi yang akut dan bahkan nantinya kronis disitu.

Maka hal kedua yang merusak setelah rusaknya kepemimpinan adalah berkaitan erat dengan kekerasan dalam bermacam bentuknya, apapun akan dinamainya. Wajar, karena ketika kecurangan itu bermain dalam ‘legitimasi-pengetahuan’ dan secara sosial itu tidak tercapai, maka kekuatan kekerasan akan maju sebagai pemaksa. Ketika masih perlu tambahan kekuatan maka kekuatan uang-pun akan dimainkan. Inilah hal ketiga yang juga begitu merusak, dunia sogok-menyogok. Dunia yang akan mempersilahkan juga para elit pendukung kecurangan untuk ikut merampok republik. Dan ketika republik sibuk dirampok, kesejahteraan dan keadilan sosial-pun akan tertekan. Pada titik tertentu ini akan meledak pula, dan spiral kekerasan-pun bisa-bisa akan terjadi. Dan kalau mengikuti analisis Dom Helder Camara, itu semua berawal soal ke-tidak-adil-an. Dan kecurangan dalam pemilu jelas pula itu masalah keadilan, atau: ke-tidak-adil-an. *** (08-06-2019)

Efek Domino Kecurangan