www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

22-06-2019

Kita sering membayangkan, pemilihan yang di dalamnya bertebaran janji-janji kampanye, setelah terpilih janji-janji kampanye itu akan ditepati. Mungkin tidak semua, tetapi sebagian besar. Atau paling tidak akan berusaha keras untuk menepati. Tentu pengingkaran janji kampanye akan ada sejak pemilihan digelar bertahun-tahun lalu. Tetapi, dengan kemajuan teknologi informasi, kiranya kita seakan masuk dalam penghayatan begitu ‘nekad-telanjang’-nya janji-janji kampanye itu diingkari.

Kita sering membayangkan, sebuah kepemimpinan yang jujur kepada rakyatnya. Tentu, tidak ada seorang politisi yang jujur 100% kepada rakyatnya. Tetapi dengan kemajuan teknologi informasi, kiranya kita seakan masuk dalam penghayatan begitu berulang dan mudahnya seorang pemimpin itu berbohong. Kebohongan yang seakan sudah masuk ke level yang menjijikan.

Kita sering membayangkan, sebuah kata-kata terukur dan dapat dipertanggung-jawabkan baik secara moral, faktual-patriotik, dan intelektual dari seorang pemimpin dan elit. Tetapi sayangnya, banyak yang asal njeplak. Jika kita lihat-ulang lagi misalnya, jejak digital ketika seorang ‘pemimpin’ bicara hal mendasar sebuah negara: kebocoran anggaran, teriak-teriak bocar-bocor kayak orang keranjingan dengan nada olok-olok di depan khalayak, asal-njeplaknya itu bukankah sudah sangat memuakkan?

Kita sering membayangkan, betapa agungnya seorang hakim yang duduk di mahkamah-mahkamah terhormat, tertinggi dalam jajarannya di republik. Tetapi sayangnya, bahkan seorang ‘hakim’ yang sudah tercela-pun masih dilantik menjadi hakim Mahkamah Konstitusi.

Kita membayangkan adanya sebuah pemilihan yang jujur dan adil. Tentu selama pemilihan digelar berkali-kali akan ada kecurangan di sana-sini. Tetapi meyakini dan meyakinkan banyak orang bahwa ‘kecurangan adalah bagian dari demokrasi’? Hanya seorang bangsat yang akan melakukan hal itu.

Kita membayangkan lembaga-lembaga survei itu akan melakukan tugasnya dengan etika dan profesionalisme. Tetapi apa yang kita lihat dan rasakan akhir-akhir ini? Bukan hanya berlaku layaknya seorang Sofis seperti di jaman Yunani Kuno, tetapi bahkan terindikasi kuat terlibat dalam kejahatan (luar-biasa) pemilihan-pun seakan menguat dalam penghayatan.

Dan banyak lagi ....

Periode negasi ini mungkin adalah karena seperti dikatakan Napoleon: “When small men attempt great enterprises, they always end by reducing them to the level of their mediocrity.” Tetapi, mengapa ‘small men’ ini didorong-dorong ‘attempt great enterprises’? Apa yang pernah diungkap oleh ‘Jack Separo Gendeng’ mungkin bisa menjadi sedikit penjelas: “Jika aku mati2an mendukung seseorang jadi pemimpin padahal aku tahu bahwa dia gak mampu jadi pemimpin, maka patut kau duga bahwa aku akan mengeruk keuntungan besar2an dari kepemimpinan dia.” [1]

Apa yang akan dikeruk? Semacam penjajahan jaman dulu: God, Glory dan Gold? [2]

Untung kita masih banyak patriot-patriot beredar di republik, dan bahkan yang beredar di luar republik seperti seorang Jaswar Koto, misalnya. *** (22-06-2019)

 

[1] https://twitter.com/sudjiwotedjo/status

/1094888794224877569

[2] https://www.pergerakankebangsaan.com/004-Dari-3G-ke-4G-Dari-4G-ke-5G/ dan https://www.pergerakankebangsaan.com/050-Deja-Vu-3G/

Periode Negasi