www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

14-10-2019

Jika kita masuk dalam ilmu otak-atik-gathuk dalam mengotak-atik pembedaan Alvin Toffler tentang tiga sumber kekuatan/kekuasaan (power), kita bisa bertanya apa yang akan menjadi penyeimbang sehingga masing-masing kekuatan itu menjadi tidak ugal-ugalan? Atau apa yang paling dibenci oleh yang ingin ugal-ugalan dalam memainkan sumber-sumber kekuatan itu?

Menurut Alvin Toffler dalam triloginya, terutama Powershift, ujung tombak dari kekuatan pada masa Revolusi Pertanian adalah kekuatan kekerasan, sedangkan pada Revolusi Industri terjadi pergeseran, ujung tombak trisula kekuatan ada di kekuatan uang. Revolusi Informasi menggeser ujung trisula lagi, dari kekuatan uang pada Revolusi Industri ke kekuatan pengetahuan.

Platon mungkin benar dengan menggambarkan bagaimana si-kuda hitam dalam Alegori Kereta Perang-nya selalu akan mengarah ke bawah. Paling tidak ketika kekuatan uang itu menjadi ujung tombak trisula, sejarah mencatat bagaimana ratusan juta jiwa melayang sia-sia di seluruh dunia. Lenyapnya jutaan manusia itu seakan menjadi ‘hal biasa’ dalam background Perang Dingin. Baik kapitalisme maupun komunisme sebenarnya adalah sama-sama masalah ‘kuda hitam’. Yang satu melepas liarnya si-kuda hitam dengan segala konsekuensi brutal yang sejarah sudah mencatat: the iron fist behind the invisible hand, satunya lagi ingin mengendalikan total si-kuda hitam yang juga sejarah sama-sama telah mencatat hitam-kelamnya darah dan nyawa bergelimpangan.

Cobalah lihat film dokumenter soal Alfredo Stroessner, diktator Paraguay yang berkuasa selama 34 tahun antara 1954-1989 itu. Dalam bayang-bayang era kekuatan uang dan benturannya yang menampak sebagai Perang Dingin itu, bahkan ‘mikro-represi’-nya tidak hanya pada si A saja misalnya, tetapi juga pada anggota keluarga lain, bahkan dokter yang merawat jika ia sakit! Ikut dikejar-kejar dan kalau perlu masuk penjara. Kegilaan yang sungguh tak terbayangkan jika kita melihat dengan mata jernih sekarang ini.

Verifikasi akan mengandung arti juga terkait hal substantif adalah sebuah upaya untuk mencari kebenaran tentang sesuatu yang ujungnya adalah masalah bisa dipercaya atau tidak. Kerja raksasa Karl Marx adalah juga sebuah upaya ‘verifikasi’ atas klaim-klaim apa yang disebutnya sebagai kapitalisme itu. Marxisme-Leninisme-Stalinisme kemudian mengayun ke ujung ekstremnya, komunisme. Bagi banyak negara-bangsa, Perang Dingin sebagai lanjutan ‘verifikasi’-nya Marx terhadap kapitalisme itu ada yang membawa berkah, tetapi banyak juga yang berarti musibah. Bagi yang mampu untuk tidak mengabaikan ‘verifikasi’ Marx tersebut, ada masa yang sering disebut sebagai ‘the golden age of capitalism’, yaitu rentang waktu pasca Perang Dunia II sampai sekitar satu dekade menjelang neoliberalisme mulai menancapkan kuku dominannya di ranah global. Sampai dengan ‘verifikasi’ dari kelompok MPS (Mont Pelerin Society) itu mendapat momentum politiknya. Tetapi bagi negara-bangsa yang lebih ‘memilih’ sebagai proxy abis dari dua kubu, segera nampak ia tidak menikmati ‘the golden age of capitalism’ itu secara maksimal. Ia justru menjadi bengap-bengap, lebam-lebam terus-menerus terpukul iron fist yang selalu dibawa oleh kredo invisible hand itu. Atau yang ingin mengendalikan penuh si-kuda hitam. Salah satu contoh adalah Paraguay seperti sudah disinggung di atas. Dan banyak lagi.

Revolusi Informasi sekarang ini memungkinkan bermacam ‘verifikasi’ tidak hanya dilakukan oleh para ‘raksasa’. Bukan berarti para ‘raksasa’ itu menjadi punah layaknya nasib dinosaurus, tetapi bahkan yang disebut sebagai ‘metode saintifik’ itupun mengalami perkembangan dalam penghayatannya. Ketika bermacam informasi masuk ke ruang publik dan ditangkap oleh khalayak yang mungkin banyak di antaranya dengan bantuan tekhnologi informasi yang berkembang melihat berbagai kemiripan-kemiripan antara satu dengan yang lainnya, ia pun bisa menarik kesimpulan bahwa itu tidak sekedar A mirip B, tetapi A adalah sama dengan B. Dengan penghayatan itu ia mulai berimajinasi, dan dengan kemajuan tekhnologi informasi juga ia mempunyai kesempatan untuk ‘menguji’ imajinasinya dengan imajinasi tetangga sebelah, atau siapa saja yang bahkan ia tidak mengenalnya. Dan seterusnya dinamika ‘uji-imajinasi’ itu perlahan bisa sampai pada satu kesimpulan tertentu, dan ketika itu ia coba lagi untuk ‘ditandingkan’ dengan realitas, dan ternyata cocok, bukankah ia sebenarnya sedang juga meniti ‘metode saintifik’, pada tingkat tertentu?

Sejarah telah menunjukkan bagaimana keretakan-keretakan struktur dominan itu bisa dimulai dengan berkembangnya kemampuan untuk melakukan ‘verifikasi’ terhadap klaim-klaim yang menjadi pondasi sebuah struktur. Tentu analisis Marx soal ‘basis’ dan ‘bangunan atas’ sangat bermanfaat, tetapi apakah sedemikian deterministik-nya? Tetapi lepas dari itu, hari-hari ini kita bisa melihat bagaimana ada upaya keras terkait dengan dinamika ‘verifikasi’ ini. Contoh telanjang saja, soal KPU yang menolak ‘verifikasi’ dari sistem IT-nya. Anies Baswedan adalah salah satu figur yang bisa dikatakan kompatibel terhadap era kekuatan pengetahuan ini, ia nampak siap diverifikasi terkait dengan janji-janji kampanyenya.

Bagaimana jika ada para pejabat melontarkan bermacam pernyataan yang sering beda satu dengan lainnya? Seperti layaknya sebuah pesawat tempur yang melempar flares/chaff [1] sebagai bagian dari countermeasures rejim? Yang sebenarnya dalam flares/chaff itu adalah juga sebuah upaya mengaburkan ‘verifikasi’ dari misil lawan. Atau para buzzer bayaran itu dengan bermacam hoax dan unggahan yang mengaduk emosi itu.

Tetapi ada yang harus kita lihat bersama-sama, tahun-tahun ini atau ke depan sudahkah apa yang diprediksi Alvin Toffler bahwa akan ada pergeseran ke kekuatan pengetahuan itu sudah kita rasakan? Ada di bagian mana kita akan terlibat dalam storytelling republik dalam latar belakang kekuatan pengetahuan itu? Kita sudah bisa rasakan bersama bagaimana suram-gelapnya dinamika-ngèyèl-nya kontra-verifikasi itu. Lihatlah bagaimana pongahnya para anggota KPU itu berfoto bersama di akhir ‘kerjaan’ mereka itu. Atau jangan-jangan kita masih hidup di tengah-tengah dominasi kekuatan uang. Dan jika itu benar, maka kita harus hati-hati sebab menurut Platon, si-kuda hitam itu maunya turun ke bawah saja. Apalagi latar belakangnya tidak kalah garang dari Perang Dingin, yaitu: Empire –meminjam analisis Negri dan Hardt. Empire yang menurut Negri dan Hardt akan lekat dengan apa yang dikatakan Foucault: biopower, politik yang lekat dengan ‘pendisiplinan’ dan ‘penundukan’ dalam rangka memaksa warganya untuk berperilaku tertentu. Anda sudah merasakan? *** (14-10-2019)

 

[1] https://www.pergerakankebangsaan.

com/400-Flares/Chaff/

'Kontra-Verifikasi' dan Akibatnya

gallery/pinokio2
gallery/plato wings