www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

28-08-2020

You won’t be safe in Joe Biden’s America,” demikian Mike Pence, calon wakil presidennya Trump dalam konvensi Partai Republik. Dilanjutkan: “Joe Biden would set America on the path of socialism and decline.” Dan diteruskan oleh Mike Pence bahwa Partai Demokrat “nothing more than a Trojan horse for a radical Left” jika Biden menang.[1] Tentu ada yang akan yakin baik Partai Republik maupun Demokrat di AS sono masing-masing ada big business pendukungnya, di belakangnya. Tetapi bagaimanapun masih bisa dikatakan jejak-jejak ideologis di kedua partai masih bisa diraba. Paling tidak soal pilihan kanan-kirinya, meski dari waktu ke waktu terjadi pergeseran dalam spektrumnya, apa yang diungkap Mike Pence adalah benar adanya. Meski nampak berlebihan, lebay.

Bagi Partai Republik, imajinasi soal manusia sebenarnya adalah gelap. Mereka lebih condong melihat bahwa manusia itu pada dasarnya adalah buruk atau jika dibahasakan dalam bahasa ‘netral’, situasinya adalah survival of the fittest. Di luar komunitas keluarga adalah ruang penuh bahaya. Makanya mereka sangat demen dengan pemimpin model Rambo, yang dengan kekuatan ‘maskulin’-nya akan mendisiplinkan hidup bersama. Sebaliknya bagi Partai Demokrat, imajinasi soal manusia adalah manusia itu pada dasarnya baik. Siap dan mampu bekerja sama. Ada banyak hal yang tidak selalu ada di ranah survival of the fittest. Maka tidak heran semasa Obama memegang kekuasaan ia sangat gigih soal ‘Obama-care’, misalnya. Soal aborsi misalnya, bagi Republik mereka condong pada pro-life, sedang Demokrat lebih pada pro-choice. Soal pajak, Republik cenderung memberikan fasilitas yang ‘menggembirakan’ bagi pelaku bisnis besar. Sebaliknya untuk Demokrat, pajak adalah untuk membantu program-program bagi the have not. Atau kalau soal pertumbuhan ekonomi, Republik akan injak gas, dan Demokrat akan berusaha mencari keseimbangan soal pemerataannya. Perbedaan-perbedaan yang memberikan gambaran soal ‘jenis kelamin’ ini nampaknya dari waktu ke waktu tetap terjaga karena bagaimanapun juga masing-masing punya sayap ‘ultra’-nya.

Lalu, apakah ada imajinasi ketiga soal manusia yang kemudian itu begitu berpengaruh dalam pilihan dan tindakan-tindakan politiknya? Nampaknya ada, yaitu imajinasi bahwa manusia itu pada dasarnya bodoh. Kecuali kelompoknya tentu. Buktinya? Mereka tidak sungkan-sungkan lagi menyuruh boneka-boneka mereka untuk ngibul habis-habisan, omong besar asal njeplak. Ngibul-omong besar-asal njeplak-banyak lagak yang sudah tidak punya urat malu lagi, karena sekali lagi, dalam imajinasi mereka, di luar mereka adalah bodoh semua. Bahkan tidak hanya bodoh, tetapi juga mudah disogok. Bangsatlah. *** (28-08-2020)

 

[1] https://www.telegraph.co.uk/news

/2020/08/27/mike-pence-warns-us-wont-safe-joe-bidens-america/

Imajinasi Ketiga