www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

05-09-2020

Green Book adalah sebuah film komedi, dirilis tahun 2018. Dengan setting cerita di tahun 1962 dimana di AS sono masih berlaku diskriminasi antara kulit putih dan berwarna, terutama kulit hitam. Film berdasarkan kisah nyata itu adalah tentang perjalanan sang-Pianis klasik dan jazz hebat kulit hitam Don Shirley beserta sopir yang sekaligus bodyguardnya, Frank ‘Tony Lip” Vallelonga, kulit putih keturunan Italia. Perjalanan dengan mobil itu adalah untuk konser sang pianis di daerah Midwest dan Deep South selama delapan minggu. Dari kota-ke-kota, Tony Lip mengantar dan mengawal sang Pianis untuk konser di depan penikmat yang hampir semuanya kulit putih. Don Shirley sebelum mulai perjalanan panjang itu memberikan sebuah ‘katalog’ pada Tony Lip untuk mendampingi mereka selama perjalanan. Katalog itu berisi buku panduan bagi kulit hitam jika mereka ingin melakukan perjalanan melintasi AS waktu itu. Dimana ia boleh menginap, makan, dan seterusnya. Yang mau menerima warga kulit hitam. Katalog disusun oleh seorang kulit hitam Victor Hugo Green, dengan judul katalog The Negro Motorist Green Book. Atau lebih dikenal sebagai Green Book saja.

Di republik jaman old, ‘Green Book’ ini setebal sekitar 45 halaman, dengan masing-masing halaman berisi petunjuk bagaimana hidup saat melintasi republik harus dijalankan. Butir-butir sikap yang harus dihayati dan diamalkan. Kalau perlu dibuatlah penataran-penataran, bahkan sampai dengan seratus jam lamanya atau paket penatarannya. ‘Green Book’ ini adalah untuk khalayak kebanyakan. Sedang untuk para pangeran dan bangsawan-bangsawannya, bukunya mirip judul film kartun: How to Train Your KKN. Yang dipegang erat-erat oleh ‘warga kelas satu’ itu selama lebih dari 20 tahun.

Jaman now ‘Green Book’ juga ada versi barunya. Versi sementara. Sementara karena bukan berarti yang jaman old terus dilupakan, tetapi sedang diupayakan juga edisi terbaru. Butir-butir yang harus dihayati dan diamalkan itu sedang dipersiapkan oleh para ‘ahli’-nya. Pada saat yang tepat pastilah akan diterbitkan.

‘Green Book’ versi baru, versi sementara berjudul How to Train Your Brain, mirip bukunya para pangeran dan bangsawan jaman old. Bagaimana khalayak di luar para pangeran dan bangsawan serta antek, jongos, dan kacung-kacungnya itu dapat melatih otaknya. Bagaimana ‘warga kelas dua’ itu dilatih otaknya. Halaman-halaman awal penuh dengan latihan otak sehingga otak terbiasa menerima segala omong kosong, segala ngibul dari pemimpin. Tidak hanya terbiasa tetapi juga memberikan tepuk tangan meriah bahkan jika yang disampaikan itu adalah mbah-nya segala kebohongan belaka. Melontarkan puji-pujian bahkan ketika bingkisan dilempar-lempar lewat jendela mobil berjalan, sambil si-pelempar pecingas-pecingis pula. Anjay-lah.

Juga di halaman berikut, bagaimana melatih otak khalayak supaya tidak hanya akrab dengan omongan asal njeplak dari para pangeran dan bangsawan itu, tetapi juga entengnya bermacam klarifikasinya. Bertubi-tubi layaknya parade asal njeplak. Juga parade klarifikasinya. Halaman setelah halaman tentang asal njeplak dan parade klarifikasinya adalah soal radikal-radikul. Tersirat ingin meyakinkan bahwa satu-satunya ke-radikal-an yang boleh diterima adalah radikalnya asal njeplak seperti sudah disinggung di halaman-halaman sebelumnya. Ekstrem dungu atau ekstrem bawah dalam perilaku publik dari para pangeran dan bangsawan, dan terlebih antek, jongos dan kacung-kacungnya adalah sebuah kenormalan baru yang otak khalayak mesti dilatih untuk menerimanya.

Halaman berikutnya berisi bagaimana khalayak harus melatih otak ketika telinga dan mata mendengar dan melihat daerah tempat hidupnya dituding tidak loyal ideologi. Karena yang bicara adalah seorang pangeran, seorang bangsawan, meski otaknya kecil dan mampunya hanya plendas-plendus saja, otak khalayak harus terbiasa menerima dengan lapang dada. Bahkan kalau perlu sembari tepuk tangan. Bahkan kalau bisa, tambah tepuk kaki-lah.

Ada halaman berikut, cukup panjang lebar, terkait dengan bagaimana otak dilatih untuk pasrah saja ketika hukum dalam praktek menjadi begitu timpangnya. Begitu vulgar ugal-ugalannya. Lalu, apakah ada buku panduan khusus bagi para pangeran, para bangsawan beserta antek, jongos, dan kacungnya di jaman now?

Buku yang dipegang khalayak untuk bisa ‘selamat’ melintasi republik sebenarnya bisa dilihat sebagai brain-washing. Sedang buku bagi para pangeran dan bangsawan serta antek, jongos, dan kacung-kacungnya ada 3 buku. Buku pertama adalah tetap sebangun dengan yang jaman old: How to Train Your KKN. Tetapi karena banyak pangeran dan bangsawan yang tidak hanya baru, tetapi juga otaknya kecil-kecil, maka diberi juga buku kedua, How to Train Your ‘Brain-cheating’. Sedang buku ketiga hanya dipegang oleh pelatih atau penatarnya, memuat daftar kasus-kasus yang melilit sang pangeran, bangsawan, beserta antek, jongos, kacung-kacungnya. Pelatihan dan penataran digelar rutin bagi para pangeran dan bangsawan, dan selalu akan ditutup dengan yel-yel: pro ruuuakyaaat ...! Maka sekali lagi: anjay-lah ... Atau: asu kabèh! *** (05-09-2020)

Green Book