www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

17-11-2020

Menurut Machiavelli, manusia tidak secara kodrati terarah pada keutamaan (virtue), demikian ditulis oleh B. Herry-Priyono (BHP, 2009). Persoalan dilempar oleh Herry-Priyono, jika manusia secara kodrati tidak terarah pada keutamaan padahal keutamaan berisi dedikasi warga negara pada tujuan bersama, maka persoalannya adalah bagaimana caranya supaya manusia terarah pada tatanan sosial-politik, tujuan bersama, ataupun keutamaan warga negara. (BHP, 2009) Dilanjutkan oleh BHP, rupanya Machiavelli menggagas bahwa jawabannya adalah ‘paksaan’ (compulsion). Tetapi, apa yang dimaksud dengan ‘paksaan’ di sini mungkin lebih dekat dengan arti ‘pendidikan’. Dan dari beberapa hal di atas, BHP menulis juga ketika skema ‘nalar mengontrol dan mengendalikan naluri/nafsu’ terlalu tinggi untuk diraih, maka pertanyaannya adalah: hasrat/naluri/nafsu apa yang akan membuat manusia punya keterarahan pada tatanan sosial-politik, dan bagaimana agar ia tetap terarah kepada tertib sosial politik itu?

Marathon Dan adalah istilah media bagi Daniel Andrews, premier negara bagian Victoria, Australia. Karena sebagai premier ia secara maraton setiap hari muncul di televisi bicara soal pandemi dan situasi yang sedang berkembang. Apa di balik ke-maraton-an itu? Sekedar ‘pendidikan’kah? Jika kita memakai apa yang dibeberkan BHP di atas, mungkin Premier Dan sedang ‘memaksa’ khalayak untuk mengarahkan pada ‘tertib sosial politik’ dengan jalan hasrat vs hasrat. Naluri ‘liar-egois’ dari khalayak itu dihadapkan pada naluri melangsungkan hidup yang sedang terancam. Yang ‘terancamnya hidup’ itu hanya bisa dihindari jika dan hanya jika satu-dua-tiga tindakan tertentu dilakukan secara bersama-sama. Dengan secara maraton ‘pendidikan-via-hasrat-vs-hasrat’ itu maka bisa kita lihat, keterarahan pada keutamaan pada sebagian besar warganya-pun mulai terbangun. Dan hasilnya? Sudah lebih dari 2 minggu ini kasus baru adalah 0 kasus, meski tes acak terus dilakukan.

Tapi yang tidak boleh dilupakan adalah soal ranah (field). Daniel Andrews adalah pimpinan negara bagian, sehingga bisa dikatakan dialah pemegang ‘kapital tertinggi’ dalam ranah negara bagian tersebut. Ke-maraton-an bisa juga dilihat sebagai upaya ‘pembiasaan’ juga. Juga sebagai pemegang ‘kapital tertinggi’ di negara bagian tersebut, ia secara langsung atau tidak, akan menjadi ‘model’ juga bagi khalayak. Dan hasrat besar (dari Daniel Andrews, model) untuk mengendalikan wabah ini (obyek) bisa-bisa saja akan ditiru oleh sebagian besar warganya (subyek). Maka mungkin saja ‘modus operandi’ terdidik-nya warga itu bisa bermacam-macam jalurnya, meski mungkin saja jalur hasrat vs hasrat itu bisa-bisa yang paling besar. Atau juga jika kita memakai Arnold J. Toynbee, Daniel Andrews dan aparatnya itu adalah si-minoritas kreatif yang sedang membangun respon terhadap tantangan pandemi. Sebagian besar warga akan menirunya.

Meski skema ‘nalar mengontrol dan mengendalikan naluri/nafsu’ terlalu tinggi untuk diraih, bukan berarti pula skema tersebut terus dikubur dalam-dalam. Dalam praktek, ‘mengontrol dan mengendalikan naluri/nafsu’ tetaplah dimungkinkan ‘skema nalar’, atau ‘skema pengendalian diri’, ataupun juga skema ‘hasrat vs hasrat’ itu. Hanya saja sejarah membuktikan bahwa ‘skema nalar’ dan ‘skema pengendalian diri’ belumlah cukup. Jauh dari cukup. Masalahnya, bagaimana skema ‘hasrat vs hasrat’ itu kemudian akan ‘memaksa’ keterarahan warga pada hidup bersama? Dalam ranah hidup bersama? Atau kalau kita mau belajar dari pengalaman komunitas lain, mengapa hasrat akan hidup bersama itu di banyak warga justru muncul kegundahan: republik macam apa yang kami miliki ini? Pertanyaan sebagian besar warga Rusia di periode ke-dua Boris Yeltsin di penghujung abad 20. Ketika perampokan kekayaan Rusia oleh orang-orang kaya baru semakin menjadi-jadi melalui skema privatisasi yang ugal-ugalan. Dan warga Rusia saat itu semakin paham dari mana ‘asal-usul’ kegundahan itu. Yaitu karena hasrat serakah tak tahu batas dari segelintir orang yang mau merampok kekayaan Rusia. Merampok imajinasi soal hidup bersama. Bukan masalah radikal-radikul. Dan saat itu juga bukan masalah gagalnya penanganan pandemi, misalnya. Tetapi sekali lagi, hasrat keserakahan tanpa batas dari segelintir orang.

Hasrat keserakahan tanpa batas dari segelintir orang ini sebenarnya bisa dibayangkan juga sebagai pandemi yang mengancam kelangsungan hidup orang-per-orangnya. Ketika ada orang seperti Daniel Andrews seperti contoh di atas, itulah sebenarnya yang ditakuti oleh segelintir orang itu. Marathon Dan bisa menunjukkan bahwa hanya dan hanya jika dihadapi bersama-lah pandemi itu bisa dikendalikan. Virus-virus yang ugal-ugalan itu ternyata bisa dijinakkan juga ‘keserakahan’-nya. Kalau itu terjadi di masa sekarang, mungkin segelintir orang serakah itu akan berdendang soal radikalisme. Bukan dia si-virusnya, tetapi yang serba radikal itu, katanya. Dan itu bukannya tanpa contoh ‘keberhasilannya’. Untung itu terjadi di Rusia dan di penghujung abad 20. Akhir cerita, Yeltsin-pun harus mundur. Terlalu mahal yang harus dibayar bagi Rusia jika ia tidak mundur saat itu. Kehancuran. *** (17-11-2020)

Machiavelli dan Marathon Dan