www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

01-12-2020

Tony Lip adalah sopirnya Dr. Don Shirley, pianis hebat di tahun 1960-an. Ia mengantar Dr. Don Shirley keliling Amerika tampil di bermacam komunitas. Apa pekerjaanmu sebelum ini? Demikian salah satu pertanyaan Dr. Don Shirley pada Tony Lip mengisi waktu di jalan. Tony Lip-pun bercerita dengan semangat. Sang pianispun kemudian menyampaikan komentar, berarti kamu penipu? Tidak, jawab Tony Lip percaya diri. Tetapi kamu penuh omong kosong, Don Dhirley tak mau berhenti. Tony Lip kemudian menjelaskan dengan sabar dan mantab, bahwa keahliannya adalah membuat orang akhirnya mau melakukan sesuatu. Nuansanya kalau di Jawa mungkin ia adalah ‘tukang glembuk’. Bukan tukang pukul meski badan besar dan imigran dari Italia. Keahlian yang diakui oleh orang-orang sekitarnya dan yang memperkerjakannya, salah satunya adalah untuk ‘ngglembuki’ orang-orang tertentu itu. Cerita di atas adalah salah satu bagian dari film Green Book (2018), diangkat dari kisah nyata.

Tetapi dalam film itu bukan sebagai ‘tukang glembuk’-lah ia tergambarkan. Meski katakanlah ia akhirnya bisa membuat sang pianis mau makan ayam goreng KFC ketika mereka masuk daerah Kentucky. Makan ayam goreng berlepotan minyak dan jika digigit bisa ada yang rontok, makan di mobil dengan tangan, tidak dengan sendok/garpu. Nampak sekali bagaimana ia ‘ngglembuki’ sang pianis mau melakukan sesuatu yang sebenarnya ia –sang pianis, tak mau melakukan. Atau tidak pernah melakukan sebelumnya. Tetapi dalam film itu Tony Lip lebih tergambarkan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Tidak hanya sekedar melaksanakan tugas, tetapi juga begitu menghormati ‘kontrak awal’ dalam ‘pekerjaan waktu tertentu’ itu. Maka penonton-pun meski sering geli dengan tingkah laku Tony Lip dalam film tersebut, penonton bisa menghayati bahwa ia memang bukan sosok yang penuh omong kosong.

Tetapi bagaimana jika Tony Lip misalnya, sebagai ‘tukang glembuk’ ia berhasil, contoh si-A kemudian mau melakukan BCD, tetapi setelah melakukan BCD itu ia –si-A, kemudian disalah-salahkan? Atau si-A kemudian melakukan BCD tetapi justru Tony Lip melakukan hal yang langsung atau tidak langsung akan menganggu BCD itu? Tentu akan begitu menjengkelkan. Dan bagaimana jika itu tidak terjadi di ranah privat, tetapi di ranah publik yang tidak pernah lepas dari pertanggung jawaban publik? Di ranah negara misalnya, yang mempunyai ‘hak monopoli’ atas kekerasan itu?

Di ranah publik, keahlian ‘ngglembuki’ itu jelas merupakan nilai tambah sendiri. Tetapi jelas juga itu hanyalah sekedar ‘nilai tambah’ saja karena rentang tanggung-jawabnya. Karena tidak hanya masalah ‘sesuatu’-nya –yang ingin orang lain menjadi mau melakukannya, tetapi juga soal bagaimana ‘sesuatu’ itu dilaksanakan, dan juga bagaimana mempertanggung-jawabkan pada publik yang memilihnya. Jadi lebih sekedar masalah bagaimana ‘orang lain akhirnya mau melakukan’ itu. Hitler jelas adalah seorang demagog hebat, tapi siapa tahu di ruang-ruang kecil ia adalah juga ‘tukang glembuk’ yang hebat juga? Glembukan sebagian besar tidak lepas dari olah puja-puji, entah puja-puji terhadap ‘sesuatu’-nya atau ‘target’ orangnya, yang biasanya disampaikan tidak secara vulgar.

Karena ‘sesuatu’ itu menjadi penting maka akal sehat, atau apa mau disebut, intinya logika di belakang sesuatu itu menjadi penting. Terlebih jika dikaitkan dengan rentang tanggung-jawabnya ketika tidak di ruang privat lagi. Tidak asal saja melaksanakan mau-maunya siapa yang ‘memperkerjakan’ sepertihalnya Tony Lip di film Green Book di atas. Itupun Tony Lip masih tergambarkan sebagai orang dengan karakter yang tidak ècèk-ècèk, tidak ndèk-ndèkan meski ia dari ‘kalangan bawah’ juga.

Lihat bagaimana pemimpin-pemimpin komunitas yang berhasil dalam pengendalian pandemi COVID-19, akal sehat-lah yang berusaha untuk maju paling depan. Bukan glembukan. Tidak mudah memang, makanya Angela Merkel selalu berusaha menyampaikan pesan-pesan yang jelas-terukur, clear messages. Atau berulang-ulang setiap hari seperti yang dilakukan premier Victoria –salah satu negara bagian Australia, Daniel Andrews. Atau juga presiden Taiwan, PM Singapura. Tukang glembuk dengan otak minim dan miskin integritas di suatu ranah yang mempunyai ‘hak monopoli atas kekerasan’ bisa-bisa akan mengerikan outcome glembukannya. Meminjam istilah Andi Arief.[*] *** (01-12-2020)

 

[*] https://twitter.com/AndiArief__/

status/1332509621555138561

Kontra Glembuk