www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

17-01-2021

Munculnya tagar #KalselJugaIndonesia di tengah-tengah bencana yang melanda di berbagai tempat, termasuk juga bencana banjir di Kalimantan Selatan, sangatlah menghentak perhatian. Seperti apakah jenis dari jajaran pimpinan republik sehingga sampai ratusan ribu warga menyempatkan diri mengetik tagar seperti itu? Tentu kegeraman itu bukanlah tiba-tiba saja muncul ke permukaan. ‘Proses-proses molekuler’ kegeraman itu sudah berlangsung lama. Lihat bagaimana berita kematian-kematian dalam bermacam peristiwanya pastilah membuat kegundahan yang mendalam. Peristiwanya sendiri sudah membuat kegundahan, ditambah respon dari yang punya kuasa-sumber-daya, bukan bagaimana mengelola kegundahan tetapi disana-sini justru seringnya menjengkelkan. Seakan urusan warga negara hanyalah soal membayar pajak, soal harus menerima iuran kesehatan naik, harus ini, harus itu, dan banyak lagi. Yang tidak pandai-pandai dalam menjalankan protokol kesehatan. Bahkan dituding pula tidak pandai dalam bersyukur. Atau lihat, bagaimana para pembayar pajak yang terhormat cukup ditontonkan aksi selfa-selfi, aksi solo-show dengan jalan sendiri di tengah puing, yang itu sekali-dua kali bagai garamnya hidup bersama tetapi ketika berulang dan berulang, hidup bersama menjadi terganggu dengan aksi serba kelas medioker itu.

Ketika kita mendengar nada 2, nada 1 belumlah hilang sepenuhnya, seakan dia ‘tertahan’ dan memberikan ‘horison’ penghayatan kita akan nada 2. Nada 3 meski belum terdengar, seakan ‘kehadirannya’ sudah kita antisipasi. Sebagian besar hidup kita akan seperti itu, seakan ‘taken for granted’ saja ketika lampu lalu lintas warna merah kita berhenti. Dan banyak contoh lagi, tanpa banyak berpikir. Maka bagaimana kita menghayati nada 2, sedikit banyak bisa diraba ‘horison’ apa yang ada dalam nada 1 itu. Demikian juga ketika ratusan ribu mengetik tagar #KalselJugaIndonesia, karena sudah banyak yang mulai meraba ‘horison’ apa yang sebenarnya ngendon di otak pimpinan republik sehingga bencana di Kalimantan Selatan luput dari perhatian-cuitannya. Memang kemudian ada ‘koreksi’ atau ‘klarifikasi’, tetapi kata orang, first-impression itu akan sangat berkesan. Masih ingat soal aksi masuk got? Sangat kuat first-impression-nya, suka atau tidak. Meski sekarang jika ada pejabat masuk got, de javu itu malah bikin mual rasanya. Bikin mriang saja.

Melihat proses berkurangnya warna hijau di peta pulau Kalimantan selama bertahun-tahun, banjir besar yang melanda tentu bukanlah semata karena curah hujan. Tidak jauh berbeda ketika banjir kiriman menerjang Jakarta, salah satu faktor pentingnya adalah soal ‘tata-kelola’ air di hulu yang sudah sangat terganggu. Greed is good dalam hal ini hanyalah berarti bagi segelinitir orang saja. Bagi kebanyakan khalayak, petaka. Dan khalayak tetap saja harus bayar pajak. Dalam bermacam bentuknya. *** (17-01-2021)

#KalselJugaIndonesia