www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

30-04-2021

Meski Aristoteles memberikan tambahan-tambahan soal bermacam persahabatan, tetapi ia tetap menerima penggambaran persahabatan dari gurunya, Platon. Bagi Platon persahabatan sejati akan selalu melibatkan ‘pihak ketiga’. Katakanlah A, B, C membangun sebuah persahabatan maka itu akan menjadi sebuah persahabatan sejati ketika ada ‘pihak ketiga’ (‘third man argument’): hal yang menjadi kepedulian bersama. Maka kitapun bisa membayangkan bagaimana warga bisa ‘bersahabat’, bisa merasa sebagai satu komunitas bersama? Sebagai sebuah bangsa? Dan apakah sebaiknya kita menjadikan kebutuhan dasar dalam hirarki kebutuhan-nya Abraham Maslow sebagai ‘pihak ketiga’ itu? Terutama kebutuhan dasar fisik, pangan, sandang, papan, pendidikan, istirahat itu?

Jika itu yang terjadi maka sebagian besar ‘ruang publik’ akan banyak diisi dengan hal-hal tersebut. Urun-rembug sampai perdebatan dalam bermacam spektrum pendekatannya. Dalam bermacam skala kritik dan dukungannya. Dalam bermacam data dan cek-riceknya. Bahkan ketika bicara soal ‘rasa-aman’ yang juga merupakan bagian kebutuhan dasar dari hirarki kebutuhan Maslow itupun pertama-tama juga terkait dengan soal kebutuhan fisik ini. Bagi pemegang kebijakan, hasrat akan pemenuhan kebutuhan dasar ini, terutama kebutuhan fisik memang harus dinampakkan, dan khalayak bisa menghayatinya. Bisa melakukan cek-ricek juga. Karena akan selalu dinampakkan maka pemegang kebijakan akhirnya akan menjadi ‘model-utama’ (M) yang menggerakkan seluruh komponen (S) dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar (O) itu. Dalam teori segitiga hasrat-nya Rene Girard itu bisa semakin jelas. Dan jelas juga soal tiru-meniru akan lekat di sini.

Berangkat dari pendekatan segitiga hasrat-nya Girard tersebut maka akan kita lihat juga bagaimana akan berkembang sebuah ‘rivalitas’ antara khalayak (katakanlah Subyek, S) dan model (M), atau katakanlah pembuat kebijakan. Atau juga model-model lain, seperti yang berhasil-sukses dalam usaha, atau lainnya. Pada titik tertentu, supaya ‘perdamaian’ tetap terjaga maka menurut Girard perlulah ‘kambing hitam’ sehingga rivalitas (antara S dan M) yang berkembang itu tidak menjadi justru ‘menghancurkan’. Maka siapa atau apa yang sangat pantas menjadi ‘kambing hitam’? Sama-sama masuk dalam kebutuhan dasar (basic needs) menurut Maslow, ‘kambing hitam’ bisa sangat berbeda ketika penekanan ada di ‘kebutuhan rasa aman’ atau ‘kebutuhan fisik’. Jika titik berangkatnya yang paling dasar atau hirarki ‘paling bawah’: kebutuhan fisik, ‘kambing hitam’ bisa-bisa adalah para koruptor. Para mafia-kartel-pemburu rente, pelaku kong-ka-li-kong, pelaku pat-gu-li-pat. Pelaku nepotisme penelikung meritokrasi. Pelaku kolusi. Jika titik berangkatnya ‘rasa aman’ (-rasa aman buat siapa?)? Ya radikal-radikul itu contohnya. *** (30-04-2021)


 

Maslow Sebagai 'Pihak Ketiga'