www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

28-06-2021

Merepotkan memang jika harus berhadapan dengan ‘orang baik’. Apapun rute yang ditapak sehingga ia mendapatkan predikat sebagai si-‘orang baik’. Dan jangan mengira bahwa itu tidak dipersiapkan dengan serius, jauh-jauh hari sebelumnya. Ia akan dibesarkan sebagai siapa? Demikian di dalam dapur dibicarakan lama sebelum, katakanlah: hari-hari ini. Bahkan sebelum muncul ke permukaan dengan tubuh penuhnya. Sebagai si-‘orang baik’, demikian diputuskan dalam dapur tersebut.

Maka si-‘orang baik’ itu haruslah diterima secara ‘sosial’, dan tentu tidak usah berharap semua pihak atau lapisan akan menghayati dia sebagai si-‘orang baik’. Cukup bagaimana ia bisa diterima secara sosial di sebagian khalayak, dan bagaimana ‘menyelesaikan’ sisanya pastilah sudah dihitung. Pada sebagian besarnya, itulah guna dari media-media partisan. Apapun bentuknya media itu. Apalagi di jaman now bermacam media itu bisa berdaya-ungkit besar. Tentu tidak hanya soal media jika terkait dengan para ‘tokoh’, atau para ‘patron’.

Lihat misalnya flash-mob Simfoni No. 9[1] itu, dengan latar belakangnya, atau bahkan itu adalah sebagai satu bentuk promosi dari Bank Sabadell. Dari musiknya, dan dari hadirnya peran sentral dari anak-anak yang seakan hanya melintas itu, kita seakan sedang menikmati tayangan dari ‘manusia-manusia yang pada dasarnya baik’. Orang-orang baik sedang berkumpul, dan kita sedang disapanya. tetapi apakah Bank Sabadell atau bank pada umunya bekerja atas dasar asumsi ‘pada dasarnya manusia itu baik’? Sama sekali tidak! Misal, pernahkah mengajukan kredit ke bank? Jika bank itu berangkat dengan asumsi ‘manusia itu pada dasarnya baik’, bisa-bisa segera saja gulung tikar. Percaya saja dengan maksud baik kita, dan karena kita orang baik pastilah melunasi hutang pada bank nantinya, maka kemudian langsung saja kredit diberikan tanpa pemeriksaan macam-macam atau tanpa adanya agunan. Amblas nantinya. Tetapi flash mob Simfoni No. 9 itu telah ‘mencuci’ asumsi yang dipakai oleh Bank Sabadell atau bank pada umumnya. Lihat bagaimana penampakan anak-anak dalam video tersebut. Selain juga tentu musiknya. Atau lihat misalnya kiprah The Smiling General selama 32 tahun lalu. Komplit misalnya ketika ia begitu fasih dan rileksnya ketika bertemu dengan para petani. Dan banyak lagi. Bagaimana ia kemudian digelari sebagai ‘Bapak .....” itu. Akrablah, di jaman now ditelusupkan pelan-pelan panggilan “Pakdhé’ itu. Bagi yang lama akrab dengan TVRI sebagai satu-satunya saluran TV di republik akan lebih bisa banyak cerita.

Maka tidak mengherankan jika di jaman old itu ada yang kemudian dikenal sebagai NKK/BKK itu. Kenapa? Karena mahasiswa/i itu adalah bagian yang masih masuk dalam kelompok orang ‘yang pada dasarnya baik’, dan tidak hanya itu, tetapi juga berkemampuan untuk dihayati oleh khalayak sebagai juga: orang baik. Meski jelas banyak orang baik di luar dunia kemahasiswaan, tetapi dengan baru saja lepas dari dunia remaja, ia akan lebih dipercaya kadar ‘kebaikannya’ belumlah banyak dicemari dengan bermacam hasrat gelap. Atau bermacam kepentingan. Apa yang disuarakan akan dihayati sebagai yang menyuarakan suasana kebatinan khalayak, tanpa dicemari oleh bermacam kepentingan ini-itu. Tentu ini adalah soal rasa-merasa, tetapi bukankah si-‘orang baik’ itu juga ‘bermain’ di ranah rasa-merasa? Mau lebih bermain di ranah ‘akal sehat’? Mana berani, jika itu dilakukan maka sejak dulu sudah gulung tikar!

Maka ada dua hal yang digendong ketika mahasiswa bergerak, ia akan terhayati sebagai orang baik oleh banyak khalayak, dan sekaligus ajakan untuk lebih menggunakan akal sehat. Tentu itu akan lebih berhasil jika background-nya mendukung, latar-belakang mendukung, atau katakanlah ‘proses-proses molekuler’ sudah lama berkembang dan hadir kongkret menyelusup di ruang-ruang kesadaran atau bahkan di ruang ke-tidak-sadar-an khalayak. Maka bisa dikatakan juga, mahasiswa menjadi agent of change karena kemampuannya menjadi katalisator bagi sebuah perubahan. *** (28-06-2021)

 

[1] https://www.pergerakankebang

saan.com/749-Flash-Mob-Simfoni-No-9/

'Orang Baik' vs Orang Baik