www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

20-07-2021

Paling tidak ada dua peristiwa di 2020 dan 2021 yang mungkin tidak akan pernah kita lupakan. Peristiwa pertama, di bagian awal 2020, segala berita soal awal pandemi di Wuhan sana. Bagaimana terberitakan, dan betapa membuat gundah berita-berita tersebut. Mulai dari bagaimana orang-orang di jalan-jalan berjatuhan, dan kesibukan luar biasa dari tenaga kesehatan di sana. Bagaimana kemudian warga Wuhan dikunci di tempat masing-masing. Juga bermacam spekulasi dari mana sebenarnya virus COVID-19 itu berasal. Peristiwa ke dua, mirip dengan yang tergambarkan di Wuhan tersebut, satu tahun kemudian di awal 2021 di India. Bagaimana terberitakan antrian panjang tidak hanya soal suplai oksigen, tetapi juga antrian untuk kremasi bagi yang meninggal. Dua peristiwa yang tidak mungkin kita lupakan.

Tetapi apapun itu, dua peristiwa tersebut bisa dikatakan di luar kendali kita. Kita mungkin bisa membantu ini dan itu, bisa bersuara a dan b, tetapi tetap saja kedua peristiwa tersebut relatif tidak ada dalam kendali kita. Yang ada dalam kendali kita sebagai satu komunitas hidup bersama adalah respon kita terkait dengan dua peristiwa tersebut. Di lain komunitas, Taiwan misalnya, dengan pengalaman wabah-wabah terdahulu mereka dengan sigap langsung melakukan tindakan pencegahan. Demikian juga New Zealand, mereka membangun langkah-langkah tersendiri begitu melihat apa-apa yang terjadi di Wuhan, yang melanjut dengan menyebarnya virus itu kemana-mana.

Tetapi coba misalnya, jika para pemimpin di Taiwan itu justru melihat wabah tersebut sebagai satu kesempatan untuk mengeruk bermacam keuntungan bagi para pejabat dan kroninya? Mungkinkah akan muncul bermacam komentar glécènan terkait dengan virus itu? Atau bahkan glécènan goyang ubur-ubur seakan menantang menyebarnya virus tersebut? Sebab para pejabat dan kroninya itu tahu persis, ketika wabah melanda Taiwan misalnya, dana gigantis akan dikucurkan dalam perang melawan wabah tersebut. Dan itulah kesempatan untuk mengeruk keuntungan-keuntungan pribadi dan kroninya dalam besaran yang gigantis pula. Melalui bermacam jalan korupsinya, bermacam rute pengemplangannya, bermacam cara ngunthet-pat-gu-li-pat-nya. Dari yang kemudian membuat pelatihan kerja bagi yang terdampak, dan cukuplah itu dengan main on-line-on-line-an saja tapi bisa mengeruk uang triliunan. Atau lihat saat ada dana untuk orang miskin atau usaha kecil, langsung saja skema ngunthet-nya sudah terbayang. Belum lagi soal vaksin-vaksinnya itu. Macam-macam, intinya selamat datang virus, selamat datang wabah, mari bersama-sama mengeruk keuntungan besar-besaran dari wabah! Tapi sayangnya, dan untunglah bagi warga Taiwan, para pejabatnya tidak melakukan itu semua, korupsi-ngemplang-ngunthet-pat-gu-li-pat dengan memanfaatkan situasi wabah. Dengan pengalaman-pengetahuan wabah terdahulu, dan integritas pejabatnya yang tinggi, Taiwan bisa dikatakan mampu melindungi warganya dengan sebaik-baiknya. Para pejabat dan kroninya tidak berpesta di atas sekarat rakyatnya.

Demikian pula ketika terberitakan di awal 2021 terkait meledaknya kasus varian COVID 19 di India. Ketika wabah memuncak di India, dan misalnya ada satu pesawat di sewa untuk mengangkut penumpang dari India, pejabat Taiwan bisa dipastikan akan menolak pesawat tersebut untuk mendarat. Penolakan itu jelas ada dalam kendali para pejabat Taiwan. Bagaimana jika ada penumpang yang terinfeksi dan membawa masuk varian baru itu masuk ke Taiwan? Tetapi, bagaimana jika para pejabat Taiwan misalnya, justru melihat itu sebagai kesempatan ke dua untuk korupsi lagi, ngemplang lagi, ngunthet lagi, pat-gu-li-pat lagi, dan bahkan kesempatan emas untuk mulai jualan vaksin? Jika para pejabatnya punya kelakuan seperti itu, dan kemudian mendaratlah pesawat sewaan yang penuh penumpang dari India, akankah para pejabatnya akan bilang ke warganya: tenang, tenang, nggak apa-apa kok? Terkendali! Dan bagaimana jika kemudian ternyata tidak ‘tenang-tenang’ saja, tetapi malah kemudian meledak kasusnya? Selamat datang (lagi) wabah! Akankah kemudian pejabat yang goyang ubur-ubur tahun lalu itu akan cepat-cepat menyarankan warganya untuk nonton sinetron saja? Atau, akankah kemudian terbayang sambil mengalir air-liur dengan derasnya, ngiler habis-habisan, karena dana akan dianggarkan lagi, ditambah lagi dalam jumlah gigantisnya? Pada saat bersamaan, skema korupsi-nya, skema ngunthet-nya, skema ngemplang-nya, skema pat-gu-li-pat-nya pun sudah terbayang pula. Otomatis, lincah-sigapnya bukan main. Untunglah warga Taiwan tidak mempunyai pejabat-pejabat dengan mental seperti itu. Sungguh beruntung mereka! *** (20-07-2021)

Dua Peristiwa