www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

10-08-2021

Abraham Lincoln benar dengan mengatakan bahwa pada suatu saat tertentu anda bisa membohongi semua orang, atau sebagian orang untuk selama-lamanya, tetapi anda tidak bisa membohongi semua orang untuk selama-lamanya. Kemungkinan besar Lincoln pernah dengar juga bagaimana pendapat Machiavelli soal kebohongan sebagai salah satu strategi olah kuasa Sang Pangeran. Tetapi Machiavelli hidup sebelum merebaknya barang cetakan, dan terlebih surat kabar dan telegram di masa Lincoln. Kalau meminjam Noam Chomsky, kemungkinan orang mengetahui pendapat atau sentimen orang lain ternyata sama dengan dirinya adalah jauh lebih kecil di era Machiavelli dibanding era Lincoln. Tetapi meski Chomsky saat menulis itu radio, televisi sudah merambah kemana-mana, tetaplah dengan tehnik-tehnik tertentu ‘mengetahui bahwa orang lain mempunyai sentimen yang sama’ itu tetaplah ‘bisa dikelola’. Artinya, bahkan Machiavelli yang hidup sekitar 500 tahun lalu itupun masih juga bisa terasa denyutnya. Yang mau ditekankan di sini adalah, dengan kemajuan tehnologi komunikasi seperti sekarang ini pendapat Lincoln itu bisa terbukti dalam rentang waktu yang lebih pendek. Jauh lebih pendek dari 32 tahun itu.

Pandemi yang sudah berlangsung satu setengah tahun ini dan semakin nyatanya dampak perubahan iklim kelihatannya semakin menggerus apa yang sering disebut sebagai era ‘post-truth’ itu. Ketika kematian dan ancaman kematian itu semakin lekat membayang dalam kesehariannya, kita semakin perlu ‘wasit’ dalam dinamika hidup bersama sehingga kematian dan ancaman kematian itu tidak semakin ‘mengganggu’ dalam mengejar kesejahteraan diri. Terkait dengan kematian yang terus mendekat itu, bagi kebanyakan orang, dan semakin banyak ‘pendukungnya’, ‘wasit’ itu adalah sain. Sain semestinya harus didengarkan (lagi) di tengah-tengah segala gejolak hasrat. Lihat bagaimana bermacam penelitian, bermacam percobaan, bermacam temuan terkait dengan pandemi dan perubahan iklim ini terus terberitakan. Macam-macam, termasuk juga ketika bermuara pada bermacam kebijakan. Dan semakin nampak pula bagaimana sain tidak hanya mempengaruhi ‘cara pandang’ banyak orang, tetapi juga akhirnya sangat lekat dalam proses-proses produksi. Bukan hal baru memang, tetapi keterkaitan dengan pandemi dan terutama perubahan iklim menjadi lebih besar perhatiannya.

Angela Merkel disebut sebagai salah satu pemimpin yang berhasil dalam membawa rakyat Jerman menghadapi pandemi salah satunya karena ‘clear massages’ terkait dengan pesan-pesan pada rakyatnya. Tidak hanya Merkel sebenarnya, tetapi juga pemimpin Taiwan, New Zealand, Australia, dan lainnya yang bisa dikatakan berhasil dalam pengendalian pandemi di negara masing-masing karena komunikasi ‘yang jujur’. Setelah Biden naik, salah satu yang diangkat dalam menghadapi pandemi adalah: sain. Sangat berbeda dengan Trump yang disana-sini nampak seperti anti-sain itu. Dari perbedaan antara Biden dan Trump ini ada beberapa hal yang bisa kita amati. Bukannya AS sono itu kemudian bisa disebut ‘masyarakat anti-sain’ di era Trump, tetapi bagi Trump ini adalah soal siapa paling fit itulah yang akan bertahan. Dan negara tidak usah campur tangan. Tetapi tidak bagi Biden, dan terutama dengan latar belakang pandemi dan perubahan iklim, dengan sain maka negara harus aktif dalam menghadapi pandemi termasuk dampak-dampaknya, dan isu perubahan iklim itu.

Dari beberapa hal di atas, bahkan jika itu adalah seorang raja tetapi jika ia raja-di-raja dari lip service doang, ia sudah tidak lagi kompatibel dengan situasi obyektif yang berkembang atau potensial berkembang ke depannya. KOLS itu hanyalah akan mendorong keterbelakangan saja. Rusak-rusakan. *** (10-08-2021)

KOLS Yang Sudah Tidak Kompatibel Lagi