www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

28-08-2021

Tidak sekali saja kita mendengar ungkapan dari pengelola negara supaya siap-siap hidup berdampingan dengan virus COVID-19. Ungkapan atau ajakan yang sebenarnya wajar-wajar saja, masalahnya adalah jika ‘hal wajar’ itu tidak dihayati secara utuh. Dinosaurus berjuta tahun lalu lenyap karena diprediksi ada meteor raksasa yang menghantam bumi. Apakah dinosaurus tidak siap hidup berdampingan dengan meteor? Atau mungkin bahkan adanya meteor-pun ia tidak tahu? Tetapi akankah manusia juga akan lenyap ketika pada suatu saat nantinya ada meteor raksasa yang menghantam bumi? Di saat nantinya pengetahuan akan luar angkasa dan teknologi sudah begitu berkembangnya?

Adanya meteor seliweran di luar angkasa sana bisa dikatakan tidak dalam kendali kita. Dan memang kemudian bisa dikatakan bermacam meteor itu seakan ‘memaksa’ kita untuk hidup berdampingan dengannya. Untuk ‘menyelaraskan’ hidup dalam semesta yang ada meteornya itu. Tetapi banyak hal yang ada dalam kendali kita. Apakah ketika kita disiksa untuk mengakui kejahatan yang sebenarnya tidak kita perbuat misalnya, rasa sakit itu bisa kita hayati sebagai hal yang tidak dalam kendali kita? Dan kita kemudian bisa memantapkan diri untuk mengabaikan rasa sakit itu. ‘Jiwa’ sayalah yang ada dalam kendali kita, bukan tubuh yang merasakan sakit ketika dicambuk itu, misalnya. Itulah salah satu contoh apa yang ada dalam kendali kita. Atau kita di tengah hutan, mau muncul rasa takut atau tidak, itu dalam kendali kita juga. Tentu juga ini akan melibatkan latihan, latihan, dan latihan. Dalam banyak hal respon terhadap sesuatu di luar diri kita, itulah yang ada dalam kendali kita.

Sebagai sebuah bangsa kitapun silih berganti dikelilingi ‘meteor-meteor’ yang terus seliweran di sekitar kita. Dari para kolonialis, imperialis, negara maju nan serakah, korporat besar nan serakah, bermacam gelombang globalisasi, liberalisasi, bahkan seperti yang kita hadapi akhir-akhir ini, perubahan iklim dan wabah. Dan juga misalnya gejolak perubahan geopolitik internasional. Macam-macam. Fakta hari ini, bermacam ‘meteor’ di sekitar kita itu bagi kita di republik banyak yang bisa terhayati sebagai hal-hal yang di luar kendali kita. Tetapi kitapun bukanlah dinosaurus yang tidak menyadari adanya meteor-meteor yang seliweran itu. Melalui bermacam rute, apapun itu tingkat ‘keberhasilannya’, bisa dikatakan kita berhasil memajukan horison kita, dan semakin memahami apa-apa sebenarnya bermacam ‘meteor’ yang seliweran di sekitar kita. Dan dalam horison yang terus dimajukan itulah apa-apa yang ada dalam kendali kita bisa kita kembangkan secara optimalkan. Sebenarnya.

Ketika korupsi terhayati sebagai hal di luar kendali kita, itulah bencana sebenarnya. Ketika bahkan mengupayakan harga wajar bagi tes PCR saja serasa itu bukan dalam kendali kita, itulah ‘jiwa hidup bersama’ yang sudah rusak. Apalagi mengusahakan gratis! Ketika data-data wabah dipermainkan semau-maunya, itulah juga ‘jiwa hidup bersama’ yang sudah rusak. Ketika menyelenggarakan pelaksanaan vaksinasi secara tertib dan merata-pun serasa tergagap-gagap, kitapun bisa bertanya, terus apa saja yang ada dalam kendali kita? Jika insentif untuk nakes serasa dimain-mainkan, terus apa yang ada dalam kendali kita? Beberapa hal disebut untuk menunjukkan bahwa hidup ‘berdampingan dengan virus COVID-19’ itu adalah tidak terpisahkan dengan apa-apa yang bisa kita kerjakan dalam menghadapi wabah secara optimal, secara maksimal, sesuai dengan horison yang terus dimajukan terkait dengan bermacam pemahaman lebih dalam soal virus, misalnya.

Ada saatnya apa yang disebut sebagai ‘masyarakat yang suka membuang’ (throw-away society) dalam ‘kegilaan’ konsumerisme itu mengemuka. Pandemi dengan segala akibatnya, dan juga perubahan iklim itu ternyata juga memperkuat kritik yang digendong dalam ungkapan ‘masyarakat yang suka membuang’ itu. Kita bisa melihat bagaimana bermacam langkah ‘penghematan’ dilakukan, bermacam upaya mengurangi sampah dilakukan, bermacam upaya daur ulang dilakukan, dan banyak lagi. Tiba-tiba saja seakan alam semesta tempat kita hidup membuka diri dan secara ‘terus terang’ mengungkapkan batas-batas daya dukungnya terhadap manusia. Apa pesan yang bisa kita tangkap dari dinamika ini? Gunakanlah sumber-daya dengan tepat! Maka sangat sah jika kita mempertanyakan urgensi dari pembangunan ibukota baru itu! Sangat sah! Di tengah-tengah segala kesulitan, di tengah-tengah segala keterbatasan masih saja mau meneruskan pindah dan membangun ibukota baru! Menyedihkan.

Mengapa menyedihkan? Karena seakan kita membuang kesempatan ketika horison sudah semakin dimajukan. Potensi untuk menggapai kemajuan itu seakan mungkret seiring dengan mungkret-nya horison yang dipakai. Entah karena keterbatasan pikir, megalomania, atau justru horison pihak lainlah yang dipakai, misal kepentingan bisnis besar atau bahkan horison penguasaan pihak di luar republik. Macam-macam, tetapi intinya ‘ruang untuk kemajuan’ yang sudah disediakan oleh majunya horison itu seakan dibuang percuma saja, dan yang dipakai justru horison yang ‘sempit’. Inilah mengapa pemimpin jenis ini justru akan menghadirkan keterbelakangan saja, terutama bagi bagian terbesar republik. Apapun ‘gelar’ atau puja-puji yang dipompa oleh para pendukung fanatiknya, tetap yang akan hadir adalah keterbelakangan. Tetap jauh di belakang potensi yang sebenarnya mampu digapai republik. *** (28-08-2021)

"Paket Berdampingan"