www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

10-01-2022

Jangan-jangan Alegori Kereta Perang-nya Platon itu benar. Atau jika katakanlah terlalu lekat dengan hal 'idealistis', bisakah paling tidak digunakan untuk ‘memetakan’ masalah? Mestinya kereta perang itu dikendalikan oleh sais: nalar. Tetapi ternyata tidak mudah kerjaan si-sais karena kereta ditarik dua ekor kuda dengan karakteristiknya masing-masing. Kuda putih menggambarkan keberanian, dan kuda hitam menggambarkan segala hasrat perut ke bawah: makan, seks, dan terutama hasrat akan uang, hasrat akan kekayaan. Ada sayap di kanan-kiri kereta, katakanlah itu menggambarkan sebuah energi hidup. Sebuah kecintaan akan hidup yang semakin tumbuh. Kereta semestinya diarahkan ke atas pada ‘kebaikan para dewa-dewa’ –atau katakanlah pada cita-cita Proklamasi, misalnya. Jiwa semestinya mengarah ke atas, semakin dekat pada ‘dewa-dewa’. Tidak mudah karena si-kuda hitam mempunyai karakter meluncur ke bawah, dan semau-maunya. Sedangkan si-kuda putih mempunyai kecenderungan naik ke atas, dan cenderung lebih ‘manut’ pada si-sais.

Apa yang terjadi ketika justru si-kuda hitam yang dominan? Ketika dominasi hasrat akan uang, hasrat akan kekayaan itu semakin pegang kendali? Maka bisa-bisa kereta akan lebih lekat pada luncuran ke bawah, terhempas kembali ke ‘bumi’. Jika si-kuda hitam itu mempunyai karakter meluncur ke bawah dan semau-maunya, mengapa tetap dipakai untk menarik kereta? Karena kita adalah manusia, dan bukan dewa. Bahkan sebagai manusia, energi dahsyat yang ada dalam si-kuda hitam itu tetaplah berguna untuk mendorong kereta naik ke atas, jika sais dan si-kuda putih mampu ‘berkoalisi’ dengan baik. Maka jika si-kuda hitam maunya tetap dominan, ia akan sungguh memperhitungkan kekuatan yang ada dalam diri sais dan si-kuda putih. Sais yang bernalar rendah bahkan kalau perlu kelas kacung –kalau perlu ditambah lagi ‘ranah’ nalar juga diacak-acak, dan si-kuda putih yang jatuh dalam pelukan iming-iming hasrat akan uang misalnya, maka ‘situasi’ seperti itu akan menjadikan mereka lebih mudah dikendalikan oleh si-kuda hitam. Dan juga tak lupa ditebarlah bermacam jargon-jargon kosong. Betul-betul kosong-melompong tidak ada isinya sama sekali.

Maka, keretapun bisa-bisa menjadi tidak terkendali lagi. Sesuai dengan karakter si-kuda hitam. Meluncur ke bawah dan semau-maunya, kumaha aing! Akankah kereta tiba-tiba saja terhempas ke ‘bumi’ dan hancur berkeping-keping? Ketika nalar semakin tipis dan kehormatan melenyap? *** (10-01-2022)

 

Kereta Itu Lepas Kendali

gallery/plato wings