www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

22-06-2022

Kalau dulu orang membiayai sebagian besar konsumsinya dengan tabungan, sekarang sudah banyak yang berdasarkan pendapatan di masa depan. Dalam pasar keuangan, termasuk juga di sini pasar saham, salah satu yang ‘sibuk’ diperdagangan adalah ‘masa depan’. Hanya dengan isu bahwa di sana ada tambang dan perusahaan X akan menggalinya, saham X sudah naik harganya. Padahal penggaliannya pun masih bertahun kemudian. Sampai di sini ‘kerusakan’ akibat misalnya, ternyata tambangnya cuma sedikit dan sahampun jadi anjlok, masih ‘terukur’. Yang jadi masalah adalah ‘permainan’ turunannya itu. Macam-macam kemudian berkembang –‘bertingkat-tingkat’, dan juga sumber pembiayaan yang melibatkan bank-bank, meski sudah ada aturan jelasnya. Bagaimana jika ‘rute’ di pasar keuangan ini kemudian memberikan nuansa-lekat dalam politik? Politik yang jauh sebelum pasar keuangan itu ada, ia sebenarnya sudah ‘bermain-main’ dengan masa depan? Atau mungkin lebih tepat, harapan? Bukankah monarki, aristokrasi, demokrasi, dan bahkan teokrasi-pun selalu saja tidak bisa lepas dari harapan? Bahkan juga ideologi-pun tidak mungkin ada jika tidak memberikan sebuah harapan. Atau yang sering kita dengar terkait dengan demokrasi di Amerika itu, sebagai contoh, bagaimana ‘mimpi Amerika’ itu seakan memberikan koridor ketatnya. Jadi, apakah memang salah satu dimensi hidup kita itu seperti dibayangkan oleh MacIntyre sebagai ‘story-telling animal’?

Dan apakah kemudian ‘olah kuasa’ itu juga berarti pula ‘olah harapan’? Jika ya, apa yang membedakan terkait ‘olah harapan’ di rejim monarki, aristokrasi, dan demokrasi, misalnya. Toh rejim-rejim itu adalah soal ‘olah kuasa’ juga. Nampaknya adalah soal bagaimana harapan itu di-cek pada realitasnya. Di rejim monarki, si-mono adalah pengecek tunggal, pengecek agungnya. Karena ia adalah representasi dari yang menguasai semesta. Dalam rejim aristokrasi, katakanlah peer group-nyalah pengecek utamanya. Sedangkan dalam rejim demokrasi, si-demos adalah pengecek utama apakah harapan sudah sesuai dengan realitasnya. Dalam banyak hal, itulah sebenarnya fungsi utama dari oposisi dalam arti luasnya. Terutama adalah partai politik, tetapi juga pers dan masyarakat sipil, termasuk dinamika dalam sosial-media itu. Rejim mengalami pembusukan adalah ketika cek-ricek kemudian dicampakkan.

Jika ketiga ‘bentuk rejim’ adalah sebuah gerak, maka segera nampaklah rejim aristokrasi itu ada dalam ‘pusat gerakan’, dalam arti ia menjadi ‘pusat tarik-tarikan’ rejim monarki dan demokrasi. Baik monarki maupun demokrasi sama-sama memerlukan kaum aristo. Dari asal kata-nya, aristo berarti adalah ‘warga terbaik’. Hanya pada pertengahan abad 17 lah kemudian memperoleh nuansa ‘kebangsawanan’. Maka tak mengherankan jika kaum aristo ini kemudian lebih ditarik ke nuansa monarki, atau bahkan tirani, dalam banyak hal bisa diraba pada meredupnya ‘kebebasan akademik’. Katakanlah begitu. ‘Kebebasan akademik’ yang akan mengambil peran penting sebagai peer-group-nya sebagian kaum aristo itu. Atau juga istilah ‘intelektual organik’ dari Gramsci. Dari Hermann Broch kita juga bisa meraba pentingnya kaum aristo ini, yaitu terkait dengan twilight-state yang digendong manusia. Kesadaran temaram, kesadaran remang-remang yang bisa-bisa selangkah lagi menjadi ‘manusia massa’.

Apa yang terjadi ketika kaum aristo ini lebih banyak ‘terserap’ dalam rejim monarki/tirani? Salah satu yang kasat mata dan sungguh mengganggu berkembangnya rejim demokrasi adalah para pollsterRp laknat-bangsat itu. Ketika si-demos ingin mengecek apakah harapan sudah sesuai dengan realitas, dibajaklah itu oleh para pollsterRp bangsat-laknat itu. Dimanipulasi habis-habisan. Atau bagaimana ‘fasilitas perburuan rente’ ugal-ugalan terus berkembang, dan dikembangkan. Kasus merebaknya lagi PMK di ternak sapi adalah puncak gunung es saja[1] dari soal pemburuan rente. Partai politik sebenarnya adalah bagian dari rejim aristo-krasi ini, suka-atau-tidak. Maka ia semestinya ada juga dalam ‘pusat tarik-tarikan’, akankah tertarik ke rejim monarki/tirani ataukah ke rejim demokrasi? Jaman old memberikan pelajaran sangat-sangat berharga dalam hal ini. *** (22-06-2022)

 

[1] https://www.pergerakankebang

saan.com/931-PMK-Puncak-Gunung-Es-Tak-Tahu-Batas/

Para Pembunuh Harapan (1)