www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

30-07-2022

Saluran TV NHK menayangkan ‘Japan’s Top Inventions’, topik baru-baru ini soal ‘mosquito coils’. Obat nyamuk bakar melingkar-lingkar warna hijau itu. Bentuk melingkar adalah pengembangan akhir dari bentuk memanjang. Bentuk memanjang akan terbakar habis sekitar 40 menit, dan akan sangat mengganggu jika pada malam hari harus bangun setiap 40 menit untuk mengganti. Ide bentuk melingkar adalah dari ular yang sedang tidur melingkar. Dengan bentuk melingkar itu maka tercapai sekitar 3 kali lamanya sebelum habis terbakar dibanding dari bentuk memanjang. Dalam proses produksinya, bantalan berupa kawat berkisi-kisi, ram kawat yang biasa digunakan untuk alas membakar ikan memberikan ide. Sehingga dengan bantalan seperti itu ketika dikeringkan selama 5 hari, angin yang mengeringkan ‘’coil’ tidak hanya dari atas tetapi juga dari bawah. Bentuk melingkar itu akhirnya yang diproduksi massal sampai sekarang, sejak 1902. Sebelumnya, di tahun awal-awal 1890-an, dengan membawa biji bunga yang sering sebagai insektisida dari Eropa, kemudian ditanam di Jepang dan itu sebagai bahan dasar ‘mosquito coils’. Ide dalam bentuk memanjang yang dibakar adalah dari alat-alat sembayang agama Budha yang menggunakan dupa bentuk memanjang. Apa yang mau disampaikan di sini adalah, sering ide-ide itu datangnya dari tempat-tempat atau peristiwa tak terduga. Bahkan kadang di dapat dari seberang lautan. Dari bermacam peradaban.

Tetapi apakah segala cerita soal ‘mosquito coils’ itu misalnya, akan mewujud jika tidak ada Restorasi Meiji, 20-25 tahun sebelum biji-iji bunga bahan dasar ‘mosquito coils’ ditanam di Jepang? Dan sekali lagi kita dinampakkan bagaimana adanya bermacam peradaban itu tidak hanya melulu sebuah ‘ketegangan’, tetapi ternyata bisa juga berubah menjadi sebuah ‘kesempatan’. Ketegangan, bahkan jika itu berkembang menjadi ancaman, itu bisa-bisa menjadi pemicu berkembangnya peradaban. Seperti dikatakan Arnold J. Toynbee, peradaban akan berkembang karena adanya tantangan dan respon. Maka pertanyaannya adalah lebih bukan soal apakah bermacam peradaban itu akan bergerak menuju ‘the remaking of world order’ atau akan tetap berjalan dalam ‘ketegangan’-nya, dan apakah masing-masing berkembang dengan ‘logika’-nya sendiri-sendiri. Tetapi adalah bagaimana respon terhadap bermacam bentuk peradaban itu, entah itu ada dalam ketegangan, bahkan jika itu ada dalam gejolak sekalipun. *** (31-07-2022)

 

Kupu-kupu Itu (2)