www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

04-09-2022

Marx mulai menulis di tengah-tengah euforia kesempatan yang disediakan oleh Revolusi Industri. Dan ‘penumpang terang’-nya adalah para pemilik modal, si-kapitalis. Menggantikan para tuan tanah –‘penumpang terang’ saat Revolusi Pertanian merebak. Eksploitasi kaum budak ‘diganti’ dengan eksploitasi kaum pekerja. Akankah Revolusi Informasi seperti sekarang ini akan lebih mendorong ke puncak soal eksploitasi konsumen? Konsumen yang katakanlah sudah mempunyai habitus ‘senang ditipu’ itu? Senang dirayu?[1] Yang melahirkan pula bermacam ‘penumpang gelap’ di ranah politik?

Masalahnya adalah ketika pakta dominasi primer-nya yang memang kapitalisme itu, sangat mungkin para pemilih akan didorong untuk dihayati sebagai konsumen belaka. Konsumen yang digambarkan oleh Baudrilard sebagai yang ‘senang ditipu’, ‘senang dirayu’. Apalagi jika masyarakat berkembang seperti digambarkan oleh Debord hampir 50 tahun lalu, the society of spectacle.[2] Maka sebenarnya ada jurang sangat lebar, yaitu ketika esensi politik yang pada akhirnya adalah ada pada ‘polis’ secara umum, sekarang dihadapkan pada bagaimana kepentingan diri sebagai yang utama. Adam Smith berpendapat bahwa kepentingan ‘polis’ secara umum –katakanlah the wealth of nations, akan tercapai (sebagai hal yang tidak dituju semula) ketika kesejahteraan individu-individunya tercapai. Repotnya, ketika kesejahteraan individu sebagai akibat pengejaran kepentingan diri itu kemudian meraksasa, tiba-tiba saja ia bisa berubah menjadi ‘machiavellis’. Machiavelli menumpuk  harta. Kalau jaman pandemi, jualan vaksin misalnya. Atau jualan test-test COVID itu. Dan banyaaak lagi contoh. Baik di tingkat global, regional, nasional, lokal. Baik saat pandemi atau tidak.

Bayang-bayang survival of the fittest, ditambah dengan laku para machiavellis yang menua –machiavelli si-penumpuk harta, ditambah dengan ‘tanpa rasa bersalah, tanpa beban’ dalam menipu karena penghayatannya terhadap si-pemilih adalah konsumen (yang senang ditipu, senang dirayu) ini semua bisa-bisa mengantarkan sebuah penghayatan akan ketidak-pastian dalam ranah politik. Kooptasi gila-gilaan logika ‘pasar’ terhadap ‘negara’ itu bisa mendorong ‘kegundahan kolektif’. Meski penelitian tentang God spot menunjukkan tidak adanya tempat khusus, spot di otak, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa itu merupakan silang-tubruk dari beberapa area di otak. Dan beberapa area itu ternyata berdekatan dengan area otak yang akan memberikan respon terhadap ‘ketakutan’. Apakah ini kemudian menjelaskan mengapa bermacam ‘kegundahan kolektif’ itu bisa-bisa memunculkan atau memicu area tersebut sehingga memicu penghayatan akan ‘spiritualitas tertentu’. ‘Tertentu’ karena bisa juga tidak berhubungan langsung dengan God, tetapi ada figur-sekuler yang terhayati seakan God saja: fanatisme. Presiden seumur hidup! Misalnya di jaman old-old. Atau ada pihak yang memang kemudian terpicu area ‘God spot’-nya.

Dari bermacam ‘tehnik’ dalam politik, atau ‘alat’ dalam politik, menipu adalah ‘jalan gampang’. Bandingkan misalnya jika ia menapak jalan ‘meritokrasi’ misalnya. Atau teguh dalam komitmen. Tentu dalam politik tidak akan pernah steril akan tipu-tipu. Tetapi hanya pemimpin yang semakin sedikit tipu-tipunya, dan semakin menguatkan jalan ‘meritokrasi’ dan ‘komitmen’ yang akan mampu membawa komunitas yang dipimpinnya dapat maju. Semakin banyak menipu hanya akan menghancurkan hidup bersama. Karena semakin banyak menipu, ‘jalan gampang’-lah yang akan lebih ditapak. Dan ‘jalan gampang’ itu perlahan akan memberikan ‘efek kupu-kupu’ yang bisa-bisa tak terduga sebelumnya. Menjadi ugal-ugalan di banyak segi bernegara. Menjadi rusak-rusakan di banyak aspek bernegara. Semau-maunya.

Kelas penipu di ranah negara dalam era Revolusi Informasi, hanya akan menghancurkan saja. Hancur karena menjadi tidak prudence. Hancur karena bablasan hasrat itu seakan juga mendapatkan ‘jalan gampang’-nya. Kehancuran yang akan lebih dahsyat dibanding era-era sebelumnya. *** (04-09-2022)

 

[1] https://www.pergerakankebang

saan.com/983-Kelas-Penipu-Dalam-Revolusi-Informasi-1/

[2] Ibid

Kelas Penipu Dalam Revolusi Informasi (3)